Rabu, 11 Juni 2014

Makalah Ilmu Pendidikan - Dimensi Hakikat Manusia


MAKALAH ILMU PENDIDIKAN

TEMA :

DIMENSI HAKIKAT MANUSIA



Oleh :
Kelompok 5

1.                  Ahmad Athoillah                   : 13.12.3153
2.                  Murhani                                 : 13.12.3185
3.                  Muhammad Fathullah          : 13.12.3174
4.                  Zainal Ilmi                              : 13.12.3196
5.                 M. Risandi                             : 13.12.3168
6.                 Hilda Nur Choliani               : 13.12.3160
7.                 Salahuddin Anshari              : 13.12.3193
8.                 Nurjairina                              : 13.12.3189




SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
(STAI) DARUSSALAM MARTAPURA
2013/1434


 KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga makalah Ilmu Pendidikan ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya. Shalawat serta Salam tidak lupa kita haturkan kepada junjungan Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, atas bimbingan Beliau sehingga kita dapat membedakan mana yang Haq dan mana yang Batil.
Ucapan terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Pendidikan yaitu bpk. Drs. Husni Thamrin,M.Pd yang telah memberikan kami kesempatan untuk membuat makalah ini sebagai pedoman, acuan untuk lebih giat lagi dalam Belajar.
Akhir kata, Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan baik dari segi bahasa, tulisan, maupun kalimat yang kurang tepat dalam makalah  ini, Dari itu Kritik dan Saran sangat  kami harapkan demi kesempurnaan Makalah berikutnya.






Martapura, 10 Maret 2014

KELOMPOK 2


KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga makalah Ilmu Pendidikan ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya. Shalawat serta Salam tidak lupa kita haturkan kepada junjungan Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, atas bimbingan Beliau sehingga kita dapat membedakan mana yang Haq dan mana yang Batil.
Ucapan terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Pendidikan yaitu bpk. Drs. Husni Thamrin,M.Pd yang telah memberikan kami kesempatan untuk membuat makalah ini sebagai pedoman, acuan untuk lebih giat lagi dalam Belajar.
Akhir kata, Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan baik dari segi bahasa, tulisan, maupun kalimat yang kurang tepat dalam makalah  ini, Dari itu Kritik dan Saran sangat  kami harapkan demi kesempurnaan Makalah berikutnya.






Martapura, 10 Maret 2014

KELOMPOK 2

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Ada beberapa istilah kata “Manusia” dalam bahasa Arab, misalnya saja seperti “Al-insan” yang berari manusia yang mempunyai hati nurani (insan kamil), “Al-basyar” yang berarti manusia yang berbentuk lahiriah, “An-Nas” yang berarti manusia secara umum (people), dan juga “Bani Adam” yang berarti turunan atau cucu nabi adam.
Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia. Manusia memiliki ciri khas yang secara prinsipil berbeda dari hewan. Ciri khas manusia yang membedakannya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu dari apa yang disebut sifat hakikat manusia. Disebut sifat hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan.
Oleh karena itu, sangat strategis jika pembahasan tentang hakekat manusia ditempatkan pada seluruh pengkajian tentang pendidikan, dengan harapan menjadi titik tolak bagi paparan selanjutnya. Untuk mencapai pengetahuan hakikat manusia tersebut maka akan dikemukakan materi yang meliputi : arti dan wujud sifat hakikat manusia, dimensi dimensinya, pengembangan dimensi tersebut dan sosok manusia Indonesia seutuhnya.

B.  Rumusan Masalah
·         Apa saja dimensi hakikat manusia dan apa saja yang mempengaruhi faktor-faktor yang mempengaruhinya ?
C.  Tujuan Penulisan
·         Agar mahasiswa mengetahui apa saja dimensi hakikat manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
·         Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan yang dibimbing oleh bpk Drs. Husni Thamrin, M.Pd Selaku dosen pengasuh mata kuliah Ilmu Pendidikan.





BAB II
PEMBAHASAN
A.  Dimensi Hakikat Manusia
Para ahli mengatakan bahwa pada abad ke- 20 manusia mengalami krisis total,  disebut demikian karena yang dilanda krisis bukan hanya segi-segi tertentu dari kehidupan seperti krisis ekonomi, krisis energi dan sebagainya, melaikan yang dilanda krisis ialah manusia itu sendiri. Dalam krisis total manusia mengalami krisis hubungan dengan masyrakat, dengan lingkunganya, dengan tuhannya, maupun dengan dirinya sendiri. tidak ada hubungan pengenalan, pemahaman dan kemesraan dengan sesama manusia. Dalam hal inilah yang melanda manusia sehingga manusia semakin jauh dari kebahagian.
Dalam hubugan ini pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai wahana untuk mengantar peserta didik untuk mencapai kebahagiaan yaitu dengan jalan membantu mereka meningkatakan kualitas hubungannya dengan dirinya, lingkunganya dan tuhannya. Untuk menciptakan rasa kebersamaan dengan individu lain nya, rasa menghormati, serta menjalin hubungan yang baik, maka diperlukan dimensi-dimensi dalam kehidupan sehari-hari agar terciptanya manusia yang sempurna dan berahklak yang baik.
Dimensi-dimensi tersebut ialah :
1.      Dimensi keindividuan
2.      Dimensi kesosialan
3.      Dimensi kesusilaan
4.      Dimensi keberagamaan
Dengan mengembangkan keempat dimensi ini maka akan tercapailah manusia yang sempurna dan berakhlak baik.




1.      Dimensi keindividuan
Manusia sebagai makhluk individu dimaksudkan sebagai orang yang utuh (individual; in-devide : tidak terbagi) yang terdiri dari kesatuan fisik dan pisikis. Keberadaan ini bersifat unik (unique), artinya berbeda antara yang satu dari yang lainnya.
Kesadaran manusia akan dirinya sendiri merupakan perujudan individualitas manusia. Kesadaran ini mencakup pengertian yang sangat luas diantaranya ; kesadaran akan realitas, selfrespect, selfnarcisme, egoisme, martabat kepribadian, perbadaan dan persamaan terhadap potensi-potensi pribadi yang menjadi dasar dari self realisasi.
Manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi yang berbeda-beda dari yang lainnya atau menjadi seperti dirinya sendiri. Tidak ada individu yang identik dimuka bumi ini, bahkan dua anak yang kembar sekalipun pasti mempunyai perbedaan, hanya serupa namun tidak sama apalagi identik.
Kita ambil contoh, ada dua orang yang kembar, yang mempunyai tangan dan kaki yang sama. Akan tetapi kembar pertama menggunakan tangan dan kakinya untuk melakukan kejahatan dan kembar kedua menggunakan tangan dan kakinya untuk melakukan kebaikan. Secara tidak langsung kembar kedua tidak ingin disamakan dengan kembar pertama karena perilaku kembar pertama tidak baik. Maka dari contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap manusia itu serupa tetapi tidak sama.
Manusia juga diberi kemampuan (akal, pikiran, dan perasa’an) sehingga sanggup berdiri sendiri dan bertanggung jawab atas dirinya. Disadari atau tidak, setiap manusia senantiasa akan berusaha mengembangkan kemampuan pribadinya guna memenuhi hakikat individualitasnya (dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya). kepribadian seseorang  yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (indevide). Setiap individu bersifat unik (tidak ada tara dan bandingannya) dengan adanya individualitas itu setiap orang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat, dan daya tahan yang berbeda.
M.J.Lavengeld menyatakan bahwa setiap anak memiliki dorongan untuk mandiri  yang sangat kuat, meskipun disisi lain pada anak terdapat rasa tidak berdaya, sehingga memerlukan pihak lain, (pendidik) yang dapat dijadikan tempat bergantung untuk memberi perlindungan dan bimbingan, sifat-sifat sebagaimana di gambarkan diatas yang secara potensial telah dimiliki sejak lahir perlu ditumbuhkan dikembangkan melalui pendidika agar bisa menjadi kenyata’an. Sebab tanpa dibina melalui pendidikan, benih-benih individualitas yang sangat berharga itu yang memungkinkan terbentuknya suatu kepribadian yang unik, serta kesanggupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan ciri yang sangat esensial dari adanya individualitas pada diri manusia.
Dengan kata lain kepribadian seseorang tidak akan terbentuk dengan semestinya, sehingga seseorang tidak memiliki warna kepribadian yang khas sebagai miliknya. Jika terjadi  hal demikian seorang tidak memilki kepribadian yang otonom dan orang seperti ini tidak akan memilki pendirian serta mudah dibawa oleh arus masa, padahal fungsi utama pendidikan adalah membantu peserta didik untuk membentuk keribadianya atau menemukan kemandiriannya sendiri.
Diantara faktor yang mempengaruhi berkembangnya individu sangatlah berfariasi, dalam pemaparan kali ini, factor yang ada hanyalah sebagian kecil dari factor-faktor yang lain, Murray menekankan factor yang mempengaruhi individu ialah kebutuhan dan motifasi merupakan penekanan yang cukup berpengaruh. Dipihak lain murrray juga menekankan tuntutan lingkungan (environmental press), tuntutan lingkungan adalah kekuatan-kekuatan dari orang lain yang dapat mengarahkan perilaku seseorang.
Sebagai contoh, melihat seorang teman yang memperoleh nilai terbaik di kelasnya, mungkin dapat menjadi sebuah dorongan yang memacu usaha seorang teman untuk menjadi unggul. Adapun faktor yang mempengaruhi dalam pendidikan antara lain:
Menurut teori nativisme, teori ini menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi di bidang pendidikan yaitu bahwasanya individu lahir ke bumi membawa faktor turunan, yang dibawa sejak lahir yang berasal dari orang tuanya. Teori nativisme pada umumnya mempertahankan konsepsinya yang menunjukan berbagai kesama’an atau kemiripan antara orang tuanya dengan anaknya, sebagai contoh: orang tua yang memiliki keahlian dibidang sainsmaka akan memiliki keturunan yang sama dengannya.
 Namun teori nativisme tidak memberikan implikasi yang tidak kondusif bagi pendidikan. Teori ini tidak memberikan kemungkinan bagi pendidik dalam upaya mengubah kepribadian peserta didik. Berdasarkan hal itu, peran pendidik dan sekolah sangat kecil sekali dapat dipertimbangan untuk mengubah kepribadian. Sebab pendidikan dipandang tidak berfungsi untuk mengubah keadaan anak, anak akan tetap sesuai dengan dasar yang dimilikinya. Namun demikian, hal tesebut bertentangan dengan realitas yang sesungguhnya. Karena terbukti sejak dahulu hingga sekarang, para orang tua dan guru, baik dirumah maupun disekolah, mereka mendidik anak/siwa siswinya karena pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan harus dilakukan dalam rangka membantu anak/siswa agar berkembang sesuai yang diharapkan.

2.      Dimensi kesosialan
Dimensi kesosialan merupakan dimensi  yang pada dasarnya setiap individu diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungannya dengan dasar-dasar yang baik agar dalam perkembangan selanjutnya tidak meninggalkan bibit-bibit perpecahan antara satu dengan yang lainnya demi terciptanya masyarakat yang lebih kondusif.
Seseorang akan menemukan jati dirinya manakala berada diantara orang banyak artinya manusia tidak mengenali dirinya dan dapat mewujudkan potensinya sebelum dia berinteraksi dengan manusia lainnya. Manusia adalah makhluk social sekaligus juga makhluk individu. Dimaksudkan disini manusia berbeda dengan lainnya, namun manusia sangat membutuhkan manusia lain karena manusia tidak akan bisa hidup sendiri tanpa orang lain. Manusia hidup dalam suasana interdependensi (saling ketergantungan) dalam antar hubungan dan antaraksi. Sebagai contoh posisi keluarga atau orang tua dalam menentukan disiplin anak. Bahwasanya anak itu juga manusia yang tidak bisa hidup sendiri dan membutuhkan orang disekitarnya untuk mendidik sang anak.
Manusia dilahirkan sebagai suku bangsa tertetu, Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat menyangkut nilai-nilai sosial, pola perilaku, organisasi, lembaga kemasyarakatan, lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, yang terjadi secara cepat atau lambat memiliki pengaruh mendasar bagi pendidikan. Masyarakat sipil terdiri dari aneka kekuatan dan gerakan yang membawa dampak perubahan disana sini.
 Esensi dari sekolah adalah pendidikan dan pokok perkara dalam pendidikan adalah belajar. Oleh sebab itu tujuan sekolah terutama adalah menjadikan setiap murid di dalamnya lulus sebagai orang dengan karakter yang siap untuk terus belajar, bukan tenaga-tenaga yang siap pakai untuk kepentingan industri. Dalam arus globalisasi dewasa ini perubahan-perubahan berlangsung dalam tempo yang akan makin sulit diperkirakan. Cakupan perubahan yang ditimbulkan juga akan makin sulit diukur. Pengaruhnya pada setiap individu juga makin mendalam dan tak akan pernah dapat diduga dengan akurat.

3.      Dimensi kesusilaan
Susila berasal dari bahasa Sanskerta. Susila berasal dari dua kata yaitu “su” yang artinya baik, dan “sila” yang artinya perbuatan. Jadi susila adalah segala perbuatan yang baik. Jadi hubungan dari hakekat manusia dengan dimensi kesusilaan adalah dimana seluruh  dari hakekat manusia hendaknya merupakan susila atau perbuatan yang baik. Disamping itu, dalam menjalankan hakekat sebagai manusia kita juga harus berpedoman pada etika berprilaku yang baik dan sopan terhadap sesama.
Dimensi kesusilaan bisa juga disebut dengan keputusan yang lebih tinggi. kesusilaan diartikan mencakup etika dan etiket. Etika adalah (persoalan kebaikan)  sedangkan etiket adalah (persoalan kepantasan dan kesopanan). Pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta melaksanakannya. Sehingga dikatakan manusia itu makhluk susila. Persoalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai kehidupan. Susila berkembang sehingga memiliki perluasan arti menjadi kebaikan yang lebih sempurna.
Nilai kehidupan adalah norma yang berlaku dalam masyarakat, moral ialah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan. Dalam moral diajarkan segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan, dan suatu perbuatan yang dinilai buruk yang ditinggalkan.
Tahapan perkembangan nilai-nilai yang terkandung dalam dimensi ini memiliki berbagai macam tingkatan, antara lain:
a.       Tingkatan pertama, Anak berorientasi pada kepatuhan dan hukuman, nilai dianggap baik atau buruk atas dasar akibat yang ditimbulkannya.

b.      Tingkatan kedua, Pada tahapan ini, seseorang tidak lagi tergantung pada aturan yang secara mutlak mengaturnya, namun seseorang menjadikan aturan sebagai suatu yang dianggap sebagai aturan yang membuatnya tidak bebas dan selalu mengikuti kehendak pribadi.

c.       Tingkatan ketiga, Pada tingkatan ini seorang anak memasuki umur belasan tahun, dimana mereka mempelihatkan orientasi perbuatan yang dinilai baik.

d.      Tingkatan keempat, Pada tahapan ini, perbuatan baik yang diperlihatkan seseorang bukan hanya dapat diterima, melainkan bertujuan agar ikut mempertahankan aturan dan norma-norma.

e.       Tingkatan kelima, Tingkatan ini merupakan tahapan orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan lingkungan sosial. Pada stadium ini ada hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan sosial, dengan masyarakat.
Faktor yang mempengahuri pertumbuhan dan perkembangan kesusilaan manusia pada lingkungan keseharian pada dasarnya seseorang diharapkan mampu memahami dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung didalam unsur masyarakat. Pengamalan disini tidak hanya pengamalan semata, namun harus diajarkan dan diresapi sedemikian mungkin sampai terciptanya llingkungan yang harmonis dan itu terus berkelanjutan.

4.      Dimensi keberagamaan
Manusia adalah makhluk yang religius yang dianugrahi ajaran-ajaran yang dipercayainya. Ajaran tersebut akan ada apabila didapatkan melalaui bimbingan nabi. Manusia juga akan mendapatkan pelajaran agama dari orang tua,guru agama, dan orang yang mengerti agama. Karena kita diwajibkan memiliki agama untuk keselamatan hidup dan ketentraman hati. Contohnya orang yang beragama Islam, kristen, katolik, hindu dan budha.
Beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluk lemah sehingga memerlukan tempat bertopang atau tempang mengadu. manusia memerlukan agama demi keselamatan dan ketentraman hidupnya.
Disini Islam sebagai jalan hidup telah berdiri kokoh dan setabil, karena Al-Qur’an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad, ini adalah firman abadi dari Tuhan yang dinyatakan dalam situasi manusia yang berbeda melalui Nabi dan kitab suci yang berbeda-beda. Stabilitas Islam berasal dari kepatuhan hukum Ilahi, yang menentukan aspek kehidupan, hal ini pada umumnya juga diajarkan oleh agama-agama yang lainya, namun  Islam tidak bisa disamakan dengan agama-agama yang lainya, dalam hal ini Allah swt berfirman :



Artinya : (Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” [An-Nahl : 89]

Dengan demikian berarti ruang lingkup ajaran Islam meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Yang tidak bisa disamakan dengan agama-agama yang lainnya, dan di era globalisasi sekarang ini sudah dibuktikan kebenaran agama Islam, dimana mana Al-Qur’an yang menjadi pedoman memberikan kontribusi yang luar biasa bagi umat manusia.
Proses perkembangan agama dalam pendidikan dilatarbelakangi dengan semakin merosotnya moral manusia dalam ruang lingkup keseharian saat ini. Hal inilah yang menjadi tujuan dalam pendidikan, yang bertujuan membina dan mendidik seseorang agar menjadi manusia yang bermoral dan berakhlak mulia.
Ilmu pengetahuan adalah alat yang harus dimiliki manusia, agar mencapai kesempurnaan dirinya, antara lain meliputi berbagai aspek dalam pembentukan kepribadian dibidang pendidikan, dalam hal ini pendidikan berbasis pesantren lah yang menjadi pondasi utama dalam pelaksanaannya namun tidak meninggalkan antar individu dengan lingkungan dalam sistem pengajarannya, proses dan faktor yang mempengaruhi diantaranya:
1.      Pembentukan hati
·         Pembentukan kata hati nurani.
·         Pembentukan niat dalam melakukan.

2.      Pembentukan kebiasaan
·         Kebiasaan berbuat ihsan kepada Allah swt.
·         Kebiasaan berbuat ihsan kepada sesama manusia,
·         Kebiasaan berbuat ihsan terhadap makhluk Allah lainnya.

3.      Pembentukan daya jiwa
·         Pembentukan filsafat atau pandangan hidup yang selaras dan seimbang dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan tuntutan agama.

Dari ketiga pembahasan di atas, dalam hal ini memiliki dua nilai, yaitu:
a.       Nilai Fungsional
Yang dimaksud disini ialah relevansi bahan dengan kehidupan sehari-hari. Jika bahan itu mengandung kegunaan, atau berfungsi dalam kehidupan sehari-hari, maka itu berarti memiliki nilai fungsional. Ditinjau dari segi agama, jelas bahwa ajaran itu harus dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
b.      Nilai Esensial
Maksudnya ialah nilai hakiki yng diajarkan dalam Islam. Bahwa kehidupan yang hakiki itu berlanjut di alam baqa, jadi kehidupan itu tidak berhenti di dunia saja, melainkan terus sampai alam akhirat. Dengan demikian seluruh nilai-nilai pengajaran Islam itu bermuara pada nilai hakiki atau nilai esensial, yang berbentuk nilai pembersianatau pensucian rohani atau jiwa, yang memungkinkan seseorang untuk siap menerima, memahami dan menghayati ajaran agama Islam sebagai pandangan hidupnya menuju manusia yang bermoral dan sesuai dengan landasan-landasan agama yang memungkinkannya untuk selalu menjadikan ajaran agama sebagai landasan dalam bersikap yang baik.




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari uraian yang telah dibahas diatas dapat disimpulkan bahwa dari keempat dimensi-dimensi merupakan jiwa manusia yang harus ditata sedemikian rupa, agar dalam pelaksanaan dalam berbuat dan bersikap dalam kesehariannya memiliki aturan dalam pelaksanaannya (sesuai nilai dan moral yang terkandung dalam masyarakat). Dan dari keempat dimensi yang dibahas, ada satu dimensi yang harus menjadi pegangan agar dalam pelaksanaannya sesuai dengan yang diharapkan, yaitu dimensi keagamaan, dalam hal ini menjadi pondasi yang paling utama dan yang paling indah menuju indahnya hidup didunia dan setelah mati nantinya.

B.     Saran
Untuk kita bersama hendaknya lebih memperdalam lagi ilmu agama, karena dengan agama kita akan mendapatkan keempat dimensi tersebut dan menjadi manusia yang seutuhnya. Kritik dan juga saran tidak lupa juga kami mintakan kepada para mahasiswa/i maupun dosen pembimbing untuk penyempurnaan makalah kami berikutnya. Karena kami sadar bahwa penulisan makalah kami banyak memiliki kekurangan.



DAFTAR PUSTAKA

1.      Alisuf Sabri, pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta.
2.      Caroel Wade, Psikologi, Erlangga, Jakarta.
3.      Howard S. Friedman, Kepribadian, teori klasik dan riset modern, Erlangga, Jakarta.
4.      Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, Rineka Cipta, Jakarta.
5.      Zakiah Drajat, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, Bumi Aksara, Jakarta.
6.      Nesha Yulita, Dimensi-dimensi Hakikat Manusia,
7.      Rahayu Kusuma Pratiwi, Dimensi Manusia,
[Akses tgl 08 Maret 2014]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar