MAKALAH ILMU PENDIDIKAN
TEMA :
DIMENSI HAKIKAT MANUSIA
Oleh :
Kelompok 5
1.
Ahmad
Athoillah : 13.12.3153
2.
Murhani : 13.12.3185
3.
Muhammad
Fathullah : 13.12.3174
4.
Zainal
Ilmi : 13.12.3196
5.
M. Risandi :
13.12.3168
6.
Hilda
Nur Choliani : 13.12.3160
7.
Salahuddin
Anshari : 13.12.3193
8.
Nurjairina : 13.12.3189
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
(STAI) DARUSSALAM MARTAPURA
2013/1434
KATA PENGANTAR
Puji
syukur ke hadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga makalah Ilmu Pendidikan ini dapat terselesaikan sebagaimana
mestinya. Shalawat serta Salam tidak lupa
kita haturkan kepada junjungan Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, atas bimbingan
Beliau sehingga kita dapat membedakan mana yang Haq dan mana yang Batil.
Ucapan
terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Pendidikan yaitu
bpk. Drs. Husni Thamrin,M.Pd yang telah memberikan kami
kesempatan untuk membuat makalah ini sebagai pedoman, acuan untuk lebih giat
lagi dalam Belajar.
Akhir
kata, Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan baik dari segi
bahasa, tulisan, maupun kalimat yang kurang tepat dalam makalah ini, Dari itu Kritik dan Saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan Makalah
berikutnya.
Martapura, 10 Maret 2014
KELOMPOK 2
KATA PENGANTAR
Puji
syukur ke hadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga makalah Ilmu Pendidikan ini dapat terselesaikan sebagaimana
mestinya. Shalawat serta Salam tidak lupa
kita haturkan kepada junjungan Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, atas bimbingan
Beliau sehingga kita dapat membedakan mana yang Haq dan mana yang Batil.
Ucapan
terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Pendidikan yaitu
bpk. Drs. Husni Thamrin,M.Pd yang telah memberikan kami
kesempatan untuk membuat makalah ini sebagai pedoman, acuan untuk lebih giat
lagi dalam Belajar.
Akhir
kata, Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan baik dari segi
bahasa, tulisan, maupun kalimat yang kurang tepat dalam makalah ini, Dari itu Kritik dan Saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan Makalah
berikutnya.
Martapura, 10 Maret 2014
KELOMPOK 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada beberapa istilah kata “Manusia” dalam
bahasa Arab, misalnya saja seperti “Al-insan” yang berari manusia yang
mempunyai hati nurani (insan kamil), “Al-basyar” yang berarti manusia yang
berbentuk lahiriah, “An-Nas” yang berarti manusia secara umum (people), dan
juga “Bani Adam” yang berarti turunan atau cucu nabi adam.
Potensi kemanusiaan merupakan benih
kemungkinan untuk menjadi manusia. Manusia memiliki ciri khas yang secara
prinsipil berbeda dari hewan. Ciri khas manusia yang membedakannya dari hewan
terbentuk dari kumpulan terpadu dari apa yang disebut sifat hakikat manusia.
Disebut sifat hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki
oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan.
Oleh karena itu, sangat strategis jika pembahasan tentang
hakekat manusia ditempatkan pada seluruh pengkajian tentang pendidikan, dengan
harapan menjadi titik tolak bagi paparan selanjutnya. Untuk mencapai
pengetahuan hakikat manusia tersebut maka akan dikemukakan materi yang meliputi
: arti dan wujud sifat hakikat manusia, dimensi dimensinya, pengembangan
dimensi tersebut dan sosok manusia Indonesia seutuhnya.
B. Rumusan Masalah
·
Apa saja
dimensi hakikat manusia dan apa saja yang mempengaruhi faktor-faktor yang
mempengaruhinya ?
C. Tujuan Penulisan
·
Agar
mahasiswa mengetahui apa saja dimensi hakikat manusia dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
·
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan yang
dibimbing oleh bpk Drs. Husni Thamrin, M.Pd Selaku
dosen pengasuh mata kuliah Ilmu Pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dimensi Hakikat Manusia
Para ahli mengatakan bahwa pada
abad ke- 20 manusia mengalami krisis total,
disebut demikian karena yang dilanda krisis bukan hanya segi-segi
tertentu dari kehidupan seperti krisis ekonomi, krisis energi dan sebagainya,
melaikan yang dilanda krisis ialah manusia itu sendiri. Dalam krisis total
manusia mengalami krisis hubungan dengan masyrakat, dengan lingkunganya, dengan
tuhannya, maupun dengan dirinya sendiri. tidak ada hubungan pengenalan,
pemahaman dan kemesraan dengan sesama manusia. Dalam hal inilah yang melanda
manusia sehingga manusia semakin jauh dari kebahagian.
Dalam hubugan ini pendidikan mempunyai
peranan yang sangat penting sebagai wahana untuk mengantar peserta didik untuk
mencapai kebahagiaan yaitu dengan jalan membantu mereka meningkatakan kualitas
hubungannya dengan dirinya, lingkunganya dan tuhannya. Untuk menciptakan rasa
kebersamaan dengan individu lain nya, rasa menghormati, serta menjalin hubungan
yang baik, maka diperlukan dimensi-dimensi dalam kehidupan sehari-hari agar
terciptanya manusia yang sempurna dan berahklak yang baik.
Dimensi-dimensi tersebut ialah :
1. Dimensi keindividuan
2. Dimensi kesosialan
3. Dimensi kesusilaan
4. Dimensi keberagamaan
Dengan mengembangkan
keempat dimensi ini maka akan tercapailah manusia yang sempurna dan berakhlak
baik.
1.
Dimensi keindividuan
Manusia sebagai makhluk individu dimaksudkan sebagai
orang yang utuh (individual; in-devide : tidak terbagi) yang terdiri dari
kesatuan fisik dan pisikis. Keberadaan ini bersifat unik (unique), artinya
berbeda antara yang satu dari yang lainnya.
Kesadaran manusia akan dirinya sendiri merupakan
perujudan individualitas manusia. Kesadaran ini mencakup pengertian yang sangat
luas diantaranya ; kesadaran akan realitas, selfrespect, selfnarcisme, egoisme,
martabat kepribadian, perbadaan dan persamaan terhadap potensi-potensi pribadi
yang menjadi dasar dari self realisasi.
Manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi
yang berbeda-beda dari yang lainnya atau menjadi seperti dirinya sendiri. Tidak
ada individu yang identik dimuka bumi ini, bahkan dua anak yang kembar
sekalipun pasti mempunyai perbedaan, hanya serupa namun tidak sama apalagi
identik.
Kita ambil contoh, ada dua orang yang kembar, yang
mempunyai tangan dan kaki yang sama. Akan tetapi kembar pertama menggunakan
tangan dan kakinya untuk melakukan kejahatan dan kembar kedua menggunakan
tangan dan kakinya untuk melakukan kebaikan. Secara tidak langsung kembar kedua
tidak ingin disamakan dengan kembar pertama karena perilaku kembar pertama
tidak baik. Maka dari contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap manusia
itu serupa tetapi tidak sama.
Manusia juga diberi kemampuan (akal, pikiran, dan
perasa’an) sehingga sanggup berdiri sendiri dan bertanggung jawab atas dirinya.
Disadari atau tidak, setiap manusia senantiasa akan berusaha mengembangkan
kemampuan pribadinya guna memenuhi hakikat individualitasnya (dalam memenuhi
berbagai kebutuhan hidupnya). kepribadian seseorang yang merupakan suatu
keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (indevide). Setiap individu bersifat
unik (tidak ada tara dan bandingannya) dengan adanya individualitas itu setiap
orang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat, dan daya
tahan yang berbeda.
M.J.Lavengeld menyatakan bahwa setiap anak memiliki
dorongan untuk mandiri yang sangat kuat, meskipun disisi lain pada anak
terdapat rasa tidak berdaya, sehingga memerlukan pihak lain, (pendidik) yang
dapat dijadikan tempat bergantung untuk memberi perlindungan dan bimbingan,
sifat-sifat sebagaimana di gambarkan diatas yang secara potensial telah
dimiliki sejak lahir perlu ditumbuhkan dikembangkan melalui pendidika agar bisa
menjadi kenyata’an. Sebab tanpa dibina melalui pendidikan, benih-benih
individualitas yang sangat berharga itu yang memungkinkan terbentuknya suatu
kepribadian yang unik, serta kesanggupan untuk memikul tanggung jawab sendiri
merupakan ciri yang sangat esensial dari adanya individualitas pada diri
manusia.
Dengan kata lain kepribadian seseorang tidak akan
terbentuk dengan semestinya, sehingga seseorang tidak memiliki warna
kepribadian yang khas sebagai miliknya. Jika terjadi hal demikian seorang
tidak memilki kepribadian yang otonom dan orang seperti ini tidak akan memilki
pendirian serta mudah dibawa oleh arus masa, padahal fungsi utama pendidikan
adalah membantu peserta didik untuk membentuk keribadianya atau menemukan
kemandiriannya sendiri.
Diantara faktor yang mempengaruhi berkembangnya
individu sangatlah berfariasi, dalam pemaparan kali ini, factor yang ada
hanyalah sebagian kecil dari factor-faktor yang lain, Murray menekankan factor
yang mempengaruhi individu ialah kebutuhan dan motifasi merupakan penekanan
yang cukup berpengaruh. Dipihak lain murrray juga menekankan tuntutan
lingkungan (environmental press), tuntutan lingkungan adalah kekuatan-kekuatan
dari orang lain yang dapat mengarahkan perilaku seseorang.
Sebagai contoh, melihat seorang teman yang memperoleh
nilai terbaik di kelasnya, mungkin dapat menjadi sebuah dorongan yang memacu
usaha seorang teman untuk menjadi unggul. Adapun faktor yang mempengaruhi dalam
pendidikan antara lain:
Menurut teori nativisme, teori ini menjelaskan bahwa
faktor yang mempengaruhi di bidang pendidikan yaitu bahwasanya individu lahir
ke bumi membawa faktor turunan, yang dibawa sejak lahir yang berasal dari orang
tuanya. Teori nativisme pada umumnya mempertahankan konsepsinya yang menunjukan
berbagai kesama’an atau kemiripan antara orang tuanya dengan anaknya, sebagai
contoh: orang tua yang memiliki keahlian dibidang sainsmaka akan memiliki
keturunan yang sama dengannya.
Namun teori nativisme tidak memberikan
implikasi yang tidak kondusif bagi pendidikan. Teori ini tidak memberikan
kemungkinan bagi pendidik dalam upaya mengubah kepribadian peserta didik.
Berdasarkan hal itu, peran pendidik dan sekolah sangat kecil sekali dapat
dipertimbangan untuk mengubah kepribadian. Sebab pendidikan dipandang tidak
berfungsi untuk mengubah keadaan anak, anak akan tetap sesuai dengan dasar yang
dimilikinya. Namun demikian, hal tesebut bertentangan dengan realitas yang
sesungguhnya. Karena terbukti sejak dahulu hingga sekarang, para orang tua dan
guru, baik dirumah maupun disekolah, mereka mendidik anak/siwa siswinya karena
pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan harus dilakukan dalam
rangka membantu anak/siswa agar berkembang sesuai yang diharapkan.
2.
Dimensi kesosialan
Dimensi kesosialan merupakan dimensi yang
pada dasarnya setiap individu diharapkan dapat bersosialisasi dengan
lingkungannya dengan dasar-dasar yang baik agar dalam perkembangan selanjutnya
tidak meninggalkan bibit-bibit perpecahan antara satu dengan yang lainnya demi
terciptanya masyarakat yang lebih kondusif.
Seseorang akan menemukan jati dirinya manakala
berada diantara orang banyak artinya manusia tidak mengenali dirinya dan dapat
mewujudkan potensinya sebelum dia berinteraksi dengan manusia lainnya. Manusia
adalah makhluk social sekaligus juga makhluk individu. Dimaksudkan disini
manusia berbeda dengan lainnya, namun manusia sangat membutuhkan manusia lain
karena manusia tidak akan bisa hidup sendiri tanpa orang lain. Manusia hidup
dalam suasana interdependensi (saling ketergantungan) dalam antar hubungan dan
antaraksi. Sebagai contoh posisi keluarga atau orang tua dalam menentukan
disiplin anak. Bahwasanya anak itu juga manusia yang tidak bisa hidup sendiri
dan membutuhkan orang disekitarnya untuk mendidik sang anak.
Manusia dilahirkan sebagai suku bangsa tertetu,
Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat menyangkut nilai-nilai sosial,
pola perilaku, organisasi, lembaga kemasyarakatan, lapisan dalam masyarakat,
kekuasaan dan wewenang, yang terjadi secara cepat atau lambat memiliki pengaruh
mendasar bagi pendidikan. Masyarakat sipil terdiri dari aneka kekuatan dan
gerakan yang membawa dampak perubahan disana sini.
Esensi dari sekolah adalah pendidikan dan
pokok perkara dalam pendidikan adalah belajar. Oleh sebab itu tujuan sekolah
terutama adalah menjadikan setiap murid di dalamnya lulus sebagai orang dengan
karakter yang siap untuk terus belajar, bukan tenaga-tenaga yang siap pakai
untuk kepentingan industri. Dalam arus globalisasi dewasa ini
perubahan-perubahan berlangsung dalam tempo yang akan makin sulit diperkirakan.
Cakupan perubahan yang ditimbulkan juga akan makin sulit diukur. Pengaruhnya
pada setiap individu juga makin mendalam dan tak akan pernah dapat diduga
dengan akurat.
3.
Dimensi kesusilaan
Susila berasal dari bahasa Sanskerta. Susila berasal
dari dua kata yaitu “su” yang artinya baik, dan “sila” yang artinya perbuatan.
Jadi susila adalah segala perbuatan yang baik. Jadi hubungan dari hakekat
manusia dengan dimensi kesusilaan adalah dimana seluruh dari hakekat
manusia hendaknya merupakan susila atau perbuatan yang baik. Disamping itu,
dalam menjalankan hakekat sebagai manusia kita juga harus berpedoman pada etika
berprilaku yang baik dan sopan terhadap sesama.
Dimensi kesusilaan bisa juga disebut dengan
keputusan yang lebih tinggi. kesusilaan diartikan
mencakup etika dan etiket. Etika adalah (persoalan
kebaikan) sedangkan etiket adalah (persoalan kepantasan dan
kesopanan). Pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil
keputusan susila, serta melaksanakannya. Sehingga dikatakan manusia itu makhluk
susila. Persoalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai
kehidupan. Susila berkembang sehingga memiliki perluasan arti menjadi kebaikan
yang lebih sempurna.
Nilai kehidupan adalah norma yang berlaku dalam
masyarakat, moral ialah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan. Dalam
moral diajarkan segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan, dan
suatu perbuatan yang dinilai buruk yang ditinggalkan.
Tahapan perkembangan nilai-nilai yang terkandung
dalam dimensi ini memiliki berbagai macam tingkatan, antara lain:
a. Tingkatan pertama, Anak berorientasi
pada kepatuhan dan hukuman, nilai dianggap baik atau buruk atas dasar akibat
yang ditimbulkannya.
b. Tingkatan kedua, Pada tahapan ini,
seseorang tidak lagi tergantung pada aturan yang secara mutlak mengaturnya,
namun seseorang menjadikan aturan sebagai suatu yang dianggap sebagai aturan
yang membuatnya tidak bebas dan selalu mengikuti kehendak pribadi.
c. Tingkatan ketiga, Pada tingkatan ini
seorang anak memasuki umur belasan tahun, dimana mereka mempelihatkan orientasi
perbuatan yang dinilai baik.
d. Tingkatan keempat, Pada tahapan ini,
perbuatan baik yang diperlihatkan seseorang bukan hanya dapat diterima,
melainkan bertujuan agar ikut mempertahankan aturan dan norma-norma.
e. Tingkatan kelima, Tingkatan ini
merupakan tahapan orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan
lingkungan sosial. Pada stadium ini ada hubungan timbal balik antara dirinya
dengan lingkungan sosial, dengan masyarakat.
Faktor yang mempengahuri pertumbuhan dan
perkembangan kesusilaan manusia pada lingkungan keseharian pada dasarnya
seseorang diharapkan mampu memahami dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung
didalam unsur masyarakat. Pengamalan disini tidak hanya pengamalan semata,
namun harus diajarkan dan diresapi sedemikian mungkin sampai terciptanya
llingkungan yang harmonis dan itu terus berkelanjutan.
4.
Dimensi keberagamaan
Manusia adalah makhluk yang religius yang dianugrahi
ajaran-ajaran yang dipercayainya. Ajaran tersebut akan ada apabila didapatkan
melalaui bimbingan nabi. Manusia juga akan mendapatkan pelajaran agama dari
orang tua,guru agama, dan orang yang mengerti agama. Karena kita diwajibkan
memiliki agama untuk keselamatan hidup dan ketentraman hati. Contohnya orang
yang beragama Islam, kristen, katolik, hindu dan budha.
Beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia
adalah makhluk lemah sehingga memerlukan tempat bertopang atau tempang mengadu.
manusia memerlukan agama demi keselamatan dan ketentraman hidupnya.
Disini Islam sebagai jalan hidup telah berdiri kokoh
dan setabil, karena Al-Qur’an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad, ini adalah
firman abadi dari Tuhan yang dinyatakan dalam situasi manusia yang berbeda
melalui Nabi dan kitab suci yang berbeda-beda. Stabilitas Islam berasal dari
kepatuhan hukum Ilahi, yang menentukan aspek kehidupan, hal ini pada umumnya
juga diajarkan oleh agama-agama yang lainya, namun Islam tidak bisa
disamakan dengan agama-agama yang lainya, dalam hal ini Allah swt berfirman :
Artinya
: “(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat
seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu
(Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu
Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat
dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” [An-Nahl : 89]
Dengan demikian berarti ruang lingkup ajaran Islam meliputi seluruh aspek
kehidupan manusia. Yang tidak bisa disamakan dengan agama-agama yang lainnya,
dan di era
globalisasi sekarang ini sudah dibuktikan kebenaran agama Islam, dimana mana
Al-Qur’an yang menjadi pedoman memberikan kontribusi yang luar biasa bagi umat
manusia.
Proses perkembangan agama dalam pendidikan
dilatarbelakangi dengan semakin merosotnya moral manusia dalam ruang lingkup
keseharian saat ini. Hal inilah yang menjadi tujuan dalam pendidikan, yang
bertujuan membina dan mendidik seseorang agar menjadi manusia yang bermoral dan
berakhlak mulia.
Ilmu pengetahuan adalah alat yang harus dimiliki
manusia, agar mencapai kesempurnaan dirinya, antara lain meliputi berbagai
aspek dalam pembentukan kepribadian dibidang pendidikan, dalam hal ini pendidikan
berbasis pesantren lah yang menjadi pondasi utama dalam pelaksanaannya namun
tidak meninggalkan antar individu dengan lingkungan dalam sistem pengajarannya,
proses dan faktor yang mempengaruhi diantaranya:
1. Pembentukan hati
·
Pembentukan
kata hati nurani.
·
Pembentukan
niat dalam melakukan.
2. Pembentukan kebiasaan
·
Kebiasaan
berbuat ihsan kepada Allah swt.
·
Kebiasaan
berbuat ihsan kepada sesama manusia,
·
Kebiasaan
berbuat ihsan terhadap makhluk Allah lainnya.
3. Pembentukan daya jiwa
·
Pembentukan
filsafat atau pandangan hidup yang selaras dan seimbang dalam kehidupan
sehari-hari yang sesuai dengan tuntutan agama.
Dari ketiga pembahasan di atas, dalam hal ini
memiliki dua nilai, yaitu:
a. Nilai Fungsional
Yang dimaksud disini ialah relevansi bahan dengan
kehidupan sehari-hari. Jika bahan itu mengandung kegunaan, atau berfungsi dalam
kehidupan sehari-hari, maka itu berarti memiliki nilai fungsional. Ditinjau
dari segi agama, jelas bahwa ajaran itu harus dilaksanakan dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Nilai Esensial
Maksudnya ialah nilai hakiki yng diajarkan dalam Islam.
Bahwa kehidupan yang hakiki itu berlanjut di alam baqa, jadi kehidupan itu
tidak berhenti di dunia saja, melainkan terus sampai alam akhirat. Dengan
demikian seluruh nilai-nilai pengajaran Islam itu bermuara pada nilai hakiki
atau nilai esensial, yang berbentuk nilai pembersianatau pensucian
rohani atau jiwa, yang memungkinkan seseorang untuk siap
menerima, memahami dan menghayati ajaran agama Islam sebagai pandangan hidupnya
menuju manusia yang bermoral dan sesuai dengan landasan-landasan agama yang
memungkinkannya untuk selalu menjadikan ajaran agama sebagai landasan dalam
bersikap yang baik.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian yang telah dibahas diatas dapat
disimpulkan bahwa dari keempat dimensi-dimensi merupakan jiwa manusia yang
harus ditata sedemikian rupa, agar dalam pelaksanaan dalam berbuat dan bersikap
dalam kesehariannya memiliki aturan dalam pelaksanaannya (sesuai nilai dan
moral yang terkandung dalam masyarakat). Dan dari keempat dimensi yang dibahas,
ada satu dimensi yang harus menjadi pegangan agar dalam pelaksanaannya sesuai
dengan yang diharapkan, yaitu dimensi keagamaan, dalam hal ini menjadi pondasi
yang paling utama dan yang paling indah menuju indahnya hidup didunia dan
setelah mati nantinya.
B.
Saran
Untuk kita bersama hendaknya lebih memperdalam lagi
ilmu agama, karena dengan agama kita akan mendapatkan keempat dimensi tersebut
dan menjadi manusia yang seutuhnya. Kritik dan juga saran tidak lupa juga kami mintakan
kepada para mahasiswa/i maupun dosen pembimbing untuk penyempurnaan makalah
kami berikutnya. Karena kami sadar bahwa penulisan makalah kami banyak memiliki
kekurangan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Alisuf Sabri, pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, Pedoman Ilmu Jaya,
Jakarta.
2. Caroel Wade, Psikologi, Erlangga, Jakarta.
3. Howard S. Friedman, Kepribadian, teori klasik dan riset modern, Erlangga, Jakarta.
4. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, Rineka Cipta, Jakarta.
5. Zakiah Drajat, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, Bumi Aksara, Jakarta.
6. Nesha Yulita, Dimensi-dimensi Hakikat Manusia,
http://neshayulita12.blogspot.com/2012/10/dimensi-dimensi-hakikat-manusia.html
[Akses tgl 07 Maret 2014]
[Akses
tgl 08 Maret 2014]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar