Minggu, 22 Juni 2014

MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM - BIOGRAFI KHALID BIN SA’ID BIN ‘ASH



TUGAS  INDIVIDU                             DOSEN PEMBIMBING                 Sejarah Dan Peradaban Islam                       Bapa Wahyudi , M.Pd.I.

TEMA :




BIOGRAFI SAHABAT

KHALID BIN SA’ID BIN ‘ASH


Ole h :

                                       Bahrian                : 13.12.3159










SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
(STAI) DARUSSALAM MARTAPURA
2014/1435

 



BAB I

A. BIOGRAFI KHALID BIN SA’ID BIN ‘ASH

Khalid bin Sa’id bin ‘Ash dilahirkan dari suatu keluarga kaya dan mewah, tergolong kepala-kepala suku dari seorang warga Quraisy yang terkemuka dan memegang pimpinan. Dan jika hendak ditambahkan lagi sebutlah: “Bin Umaiyah bin Abdi Syamsi bin Abdi Manaf … !”
Ketika berkas cahaya mulai merayap di pelosok-pelosok kota Mekah secara diam-diam, membisikkan bahwa Muhammad orang terpercaya” itu memberitakan soal wahyu yang datang kepadanya di gua Hira’, begitu pun soal Risalah yang diterimanya dari Allah untuk disampaikan kepada hamba-hambanya, maka hati nurani Khalid dapat menangkap bisikan-bisikan tersebut dan mengakui kebenarannya . . . !
Jiwanya rasa terbang kegembiraan, seolah-olah di antaranya dengan Risalah itu sudah ada janji dari pertama …. Dan mulai­lah ia mengikuti berkas cahaya itu dalam segala liku-likunya. Dan setiap kali ia mendengarkan kelompok kaumnya mempercakap­kan Agama baru itu, ia pun duduk dekat mereka, mendengarkan­nya dengan baik disertai perasaan suka cita yang dipendam. Dari waktu ke waktu ia seolah-olah dipompa dengan kata-kata atau kalimat-kalimat mengenai peristiwa itu, yang mendorongnya untuk menyebarkan beritanya, untuk mempengaruhi orang dan mengajari mereka … !
Orang-orang yang memandang Khalid waktu itu, melihatnya sebagai seorang pemuda yang bersikap tenang, pendiam tak banyak bicara, tapi yang sebenarnya pada bathinnya dan dalam lubuk hatinya bergelora dengan hebatnya gerakan dan kegem­biraan. Di dalamnya menggelegar bunyi gendang yang di tabuh, kepakan bendera yang dinaikkan, bahana sangkakala yang ditiup . . . , nyanyian-nyanyian yang memanjatkan doa, Serta lagu-lagu pujaan yang mengagungkan Tuhan . … Pesta pora dengan segala keindahannya, dengan semua kemegahan, luapan semangat dan hiruk pikuknya . . . ! Pemuda ini menyimpan kegembiraan pesta-pora ini di dalam dadanya, ditutupnya rapat­-rapat. Karena seandainya diketahui oleh bapaknya bahwa bathin­nya sedang bersuka cita dengan da’wah Muhammad, niscaya hidupnya akan dibinasakannya dan tubuhnya akan diper­sembahkannya sebagai korban bagi tuhan-tuhan pujaan Abdu Manaf … !
Tetapi jiwa dan kesadaran bathin seseorang bila ia telah penuh sesak dengan suatu masalah, dan meluap sampai keper­mukaan, maka limpahannya tak dapat dibendung lagi …
Dan di suatu hari . . . .
Tetapi bukan . . . , karena Siang belum lagi muncul, sedang Khalid yang sudah bangun itu masih berada di tempat tidurnya, baru saja mengalami suatu mimpi yang sangat dahsyat, mem­punyai kesan yang mengerikan, dan ibarat yang dalam …. Kalau begitu baiklah kukatakan saja, di suatu malam, Khalid bin Said bermimpi, bahwa ia berdiri di bibir nyala api yang besar, sedang ayahnya dari belakang hendak menolakkannya dengan kedua tangannya ke arah api itu, malah ia bermaksud hendak melemparkannya ke dalamnya. Kemudian dilihatnya Rasulullah datang ke arahnya, lalu menariknya dari belakang dengan tangan kanan­nya yang penuh berkah hingga tersingkirlah ia dari bahaya jilatan api ….
la tersadar dari mimpinya dengan memperoleh bekal langkah perjuangan menghadapi masa depannya. Ia segera pergi ke rumah Abu Bakar lalu menceritakan mimpinya itu. Dan mimpi seperti itu sebetulnya tidak memerlukan ta’bir lagi … !
Kata Abu Bakar kepadanya: —”Sesungguhnya tak ada yang kuinginkan untukmu selain dari kebaikan. Nah, dialah Rasul Allah saw. ikutilah dia, karena sesungguhnya Islam akan menghindarkanmu dari api neraka!”
Khalid pun pergilah mencari Rasulullah saw. sampai me­nemukan tempat beliau, lalu menumpahkan isi hatinya, dan menanyakan tentang da’wahnya. Jawab Nabi:
“Hendaklah engkau beriman kepada Allah yang Maha Esa semata, jangan mempersekutukan-Nya dengan suatu opapun . . . . Dan engkau beriman kepadc, Muhammad, hamba-Nya dan Rasul-Nye . . . . Dan engkau tinggalkan menyembah berhala yang tidak dapat mendengar dan tidak dapat melihat, tidak memberi mudarat dan tidak pula manfaat…” (al-Hadits)
Khalid lalu mengulurkan tangannya yang disambut oleh tangan kanan  Rasulullah saw. dengan penuh kemesraan, dan Khalid pun mengucapkan:
“Aku naik saksi bahwa tak ada Tuhan selain Allah dan aku naik saksi bahwa Muhammad Rasul Allah”
Maka terlepaslah sudah senandung jiwa dan nyanyian kalbu­nya . . . . Terlepas bebas semua gelora yang bergolak dalam bathinnya . . . dan sampailah pula berita ini kepada bapaknya….
Pada waktu Khalid memeluk Islam, belum ada orang yang mendahuluinya masuk itu kecuali empat atau lima orang, hingga dengan demikian ia termasuk dalam lima orang angkatan pertama pemeluk Islam. Dan setelah diketahui yang menjadi pelopor dari Agama ini, salah seorang di antaranya putera Sa’id bin ‘Ash maka bagi Sa’id, peristiwa itu akan menyebabkannya men. jadi bulan-bulanan penghinaan dan ejekan bangsa Quraisy, dan akan menggoncangkan kedudukannya sebagai pemimpin.
Oleh karena itu dipanggilnyalah anaknya Khalid, lalu tanya­nya: “Benarkah kamu telah mengikuti Muhammad dan mem­biarkannya mencaci tuhan-tuhan kita … ?” Jawab Khalid:
“Demi Allah, sungguh ia seorang yang benar dan sesungguh­nya aku telah beriman kepadanya dan mengikutinya . . . “.
Ketika itu bertubi-tubilah pukulan ayahnya menimpa diri­nya, yang kemudian mengurungnya dalam kamar gelap di rumahnya, lalu membiarkannya terpenjara menderita lapar dan dahaga … sedang Khalid berseru kepadanya dengan suara keras dari balik pintu yang terkunci:
“Demi Allah, sesungguhnya ia benar dan aku beriman ke­padanya!”
Jelaslah sekarang bagi Sa’id bahwa siksa yang ditimpakan kepada anaknya itu belum lagi cukup dan memadai. Oleh sebab itu dibawanya anak itu ke tengah panas teriknya kota Mekah, lalu ia menginjak-injaknya di atas batu-batu yang panasnya menyengat, selama tiga hari penuh, tanpa perlindungan dan keteduhan . . . , tanpa setetes air pun yang membasahi bibir­nya….
Akhirnya sang ayah putus asa lalu kembali pulang ke rumah­nya. Tapi di sana ia terus berusaha menyadarkan anaknya itu dengan berbagai cara baik dengan membujuk atau mengancam­nya, memberi janji kesenangan atau mempertakutinya dengan siksaan . . . tetapi Khalid berpegang teguh kepada kebenaran, Ia berkata kepada ayahnya: “Aku tak hendak meninggalkan Islam karena suatu apapun, aku akan hidup dan mati bersamanya!”
Maka berteriaklah Sa’id: — “Kalau begitu enyahlah engkau pergi dari sini, anak keparat . . . ! Demi kata kau tak boleh makan di sini . . .           Jawab Khalid: “Allah adalah sebaik-baik pemberi rizqi . . . Kemudian ditinggalkannya rumah yang penuh dengan kemewahan, berupa makanan, pakaian dan kesenangan itu, pergi memasuki kesukaran dan aral rintang­an….
Tetapi apa yang ditakutkan … ?
Bukankah ia didampingi oleh imannya … ?
Bukankah ia selalu mempertahankan kepemimpinan Hati nuraninya . . . ?
Dan dengan tegas telah menentukan nasib dirinya?
Apalah artinya lapar kalau begitu, apalah artinya halangan dan rintangan … ?
Dan bila manusia telah menemukan dirinya berada bersama kebenaran luhur seperti kebenaran yang diserukan Muham­mad saw. ini, maka masih adakah tersisa di seantero alam ini sesuatu yang berharga yang belum dimilikinya, padahal semuanya itu, bukankah Allah yang jadi pemilik dan pem­berinya … ?
Demikianlah Khalid melalui bermacam derita dengan pe­ngurbanan dan mengatasi segala halangan dan keimanan ….
Dan sewaktu Rasulullah saw. memerintahkan para shahabat­nya yang telah beriman hijrah yang kedua ke Habsyi, maka Khalid termasuk salah seorang anggota rombongan …. Ia berdiam di sana beberapa lamanya, kemudian kembali bersama kawan-kawannya ke kampung halaman mereka di tahun yang ketujuh. Mereka dapatkan Kaum Muslimin telah menyelesaikan rencana mereka membebaskan Khaibar.
Sekarang Khalid bermukim di Madinah, di tengah-tengah masyarakat Islam yang baru, di mana ia termasuk salah seorang angkatan lima pertama yang menyaksikan kelahiran Islam, dan ikut membina bangunannya. Sejak itu Khalid selalu beserta Nabi dalam barisan pertama pada setiap peperangan atau per­tempuran . . . . Dan karena kepeloporannya dalam Islam ini serta keteguhan hatinya dan kesetiaannya, jadilah ia tumpuan ke­sayangan dan penghormatan . .. . Ia memegang teguh prinsip dan pendiriannya, tak hendak menodai atau menjadikannya sebagai barang dagangan.
Sebelum Rasul wafat, beliau mengangkatnya menjadi guber­nur di Yaman. Sewaktu sampai kepadanya berita pengangkatan Abu Bakar menjadi khalifah dan pengukuhannya, ia lalu meninggalkan jabatannya datang ke Madinah.
Ia kenal betul kelebihan Abu Bakar yang tak dapat di­tandingi oleh siapa pun . . . . Tetapi ia berpendirian bahwa di antara Kaum Muslimin yang lebih berhak dengan jabatan Khalifah itu, adalah salah seorang dari keturunan Hasyim, umpamanya Abbas atau Ali bin Abi Thalib.
Pendiriannya ini dipegangnya teguh, hingga ia tidak bai’at kepada Abu Bakar . . . . Namun Abu Bakar tetap mencintai dan menghargainya, tidak memaksanya untuk mengangkat bai’at dan tidak pula membencinya karena tidak bai’at. Setiap disebut namanya di kalangan Muslimin, khalifah besar itu tetap menghargai dan memujinya, suatu hal yang memang menjadi hak dan miliknya ….
Belakangan pendirian Khalid bin Sa’id ini berubah. Tiba-tiba di suatu hari ia menerobos dan melewati barisan-barisan di mesjid, menuju Abu Bakar yang sedang berada di atas mimbar, maka Ia pun membai’atnya dengan tulus dan hati yang teguh….
Abu Bakar memberangkatkan pasukannya ke Syria, beliau menyerahkan salah satu panji perang kepada Khalid bin Sa’id, hingga dengan demikian berarti ia menjadi salah seorang kepala pasukan tentara. . . . . Tetapi sebelum tentara itu bergerak me­ninggalkan Madinah, Umar menentang pengangkatan Khalid bin Sa’id, dan dengan gigih mendesakkan usulnya kepada khalifah, hingga akhirnya beliau merubah keputusannya dalam pengangkatan ini ….
Berita itu sampailah kepada Khalid, maka tanggapannya hanyalah sebagai berikut: “Demi Allah, tidaklah kami bergem­bira dengan pengangkatan anda, dan tidak pula akan berduka dengan pemberhentian anda . . . !” Abu Bakar Shiddiq meringan­kan langkah ke rumah Khalid meminta ma’af padanya Serta menerangkan pendiriannya yang baru, dan menanyakan kepada kepala dan pemimpin pasukan mana ia akan bergabung, apakah kepada Amar bin ‘Ash anak pamannya, atau kepada Syurahbil bin Hasanah? Maka Khalid memberikan jawaban yang menunjuk­kan kebesaran jiwa dan ketaqwaannya, ujarnya: “Anak paman­ku lebih kusukai karena ia kerabatku, tetapi Syurahbil lebih kucintai karena Agamanya “‘ Kemudian dipilihnya sebagai prajurit biasa dalam kesatuan Syurahbil bin Hasanah ….
Sebelum pasukan bergerak maju, Abu Bakar meminta Syu­rahbil menghadap kepadanya lalu katanya:  “Perhatikanlah Khalid bin Sa’id, berikanlah apa yang menjadi haknya atas anda, sebagaimana anda ingin mendapatkan apa yang menjadi hak anda daripadanya, yakni seandainya anda di tempatnya, dan ia di tempat anda . . . . Tentu anda tabu kedudukannya dalam Islam . . . Dan tentu anda tidak lupa bahwa sewaktu Rasulullah wafat, ia adalah salah seorang dari gubernurnya . . . . Dan sebenarnya aku pun telah mengangkatnya sebagai panglima, tetapi kemudian aku berubah pendirian . . . . Dan semoga itulah yang lebih baik baginya dalam Agamanya, karena sungguh, aku tak pernah iri hati kepada seseorang dengan kepemimpinan … !
Dan sesungguhnya aku telah memberi kebebasan kepadanya untuk memilih di antara pemimpin-pemimpin pasukan siapa yang disukainya untuk menjadi atasannya, maka ia lebih me­nyukai anda daripada anak pamannya sendiri ….Maka apabila anda menghadapi suatu persoalan yang membutuhkan nasihat dan buah pikiran yang taqwa, pertama-tama hendaklah anda hubungi Abu Ubaidah bin Jarrah, lalu Mu’adz bin Jabal dan hendaklah Khalid bin Sa’id sebagai orang ketiga. Dengan demi­kian pastilah anda akan beroleh nasihat dan kebaikan …. Dan jauhilah mementingkan pendapat sendiri dengan mengabaikan mereka atau menyembunyikan sesuatu dari mereka…!
Di medan pertempuran Marjus Shufar di daerah Syria yang terjadi dengan dahsyatnya antara Muslimin dengan orang-orang Romawi, maka di antara orang-orang yang pertama yang telah pasti tersedia pahala mereka di sisi Allah, terdapat seorang syahid mulia, yang telah menempuh jalan hidupnya sejak masa remaja belia saat ia menghadapi ajal, secara benar, beriman lagi berani . . . . Kaum Muslimin yang sedang mencari-cari para syuhada sebagai qurban pertempuran, telah mendapatinya seperti sediakala: bersikap tenang, pendiam dan keras hati, lalu kata mereka: “ya Allah, berikanlah keridlaan kapada. Khalid bin Sa’id … ! “

Bersama pasukan Islam, Khalid bin Said menunjukkan keteguhan dan kerja kerasnya dalam medan pertempuran di Yarmuk, Ajnadin, Fihl dan Marj Shufar. Ia bertempur dengan gagah berani di garis depan dan memporak-porandakan pasukan Romawi Timur.
Dalam perang Yarmuk, Ikrimah bin Abi Jahal gugur sebagai syahid, meninggalkan seorang janda bernama Ummu Hakim binti Harits bin Hisyam. Setelah masa ‘idahnya habis, Khalid bin Said menikahinya dengan mahar 400 dinar.
Sore itu pasukan Islam mendirikan perkemahan di daerah Marj Shufar. Beberapa ratus metes di hadapan mereka, perkemahan pasukan besar Romawi Timur nampak jelas. Keesokan harinya akan menjadi ajang pertempuran yang dahsyat antara kedua pasukan. Malam itu adalah malam pertama Khalid bin Said dengan istrinya, Ummu Hakim.
Alangkah baiknya jika engkau menunda malam pertama ini, sampai Allah mencerai-beraikan kumpulan pasukan musuh, “saran Ummu Hakim.
Sang suami mendengarkan saran istrinya dengan tenang, lalu ia menjawab dengan tak kalah tenang, “Aku memiliki dugaan kuat aku akan terbunuh oleh pasukan musuh.”
Malam itu adalah malam pertama pasangan pengantin di medan perang Marj Shufar. Keesokan paginya, Khalid mengadakan jamuan makan atas acara pernikahannya. Pasukan Islam pun berdatangan ke tenda yang ditempati Khalid, mengucapkan doa selamat kepadanya dan menikmati hidangan ala kadarnya.
Belum lagi mereka menghabiskan makanan sederhana yang disajikan, genderang perang telah ditabuh bertalu-talu. Puluhan ribu pasukan Romawi Timur, barisan demi barisan, maju menyerbu ke tengah gelanggang pertempuran. Pasukan Islam, barisan demi barisan, menyambut serbuan pasukan musuh dengan pekikan takbir.
Sebelum pertempuran besar pecah, seorang jagoan perang pasukan Romawi maju ke depan dan menantang perang tanding. Sahabat Abu Jandal bin Suhail bin Amru Al-Amiri keluar dari barisan Islam untuk melayani tantangan itu. Namun Abu Ubaidah bin Jarah selaku komandan pasukan mencegahnya. Ia memerintahkan Habib bin Maslamah untuk maju berduel. Pertempuran satu lawan satu terjadi dengan ganas, sampai akhirnya musuh tewas oleh tebasan Habib bin Maslamah. Habib pun kembali ke barisan dengan diiringi pekikan takbir pasukan Islam.
Seorang jagoan perang pasukan Romawi kembali maju ke depan dan melayangkan tantangan duel. Kali ini Khalid bin Said maju ke depan menyambut tantangan. Keduanya terlibat duel yang dahsyat. Jagoan Romawi itu berhasil menebas Khalid bin Said, hingga ia rebah, gugur sebagai  syahid pertama di medan perang Marj Shufar. Subhanallah, pengantin baru itu mendapat kemuliaan sebagai pelopor pada syuhada’.
Perang tanding berakhir dengan imbang, seorang prajurit muslim gugur dan seorang prajurit Romawi tewas. Perang besar antara kedua pasukannya akhirnya tak terhindarkan lagi. Kedua belah pasukan telah bertemu dan berduel dalam jarak rapat. Tidak ada bidikan anak panah, tidak ada lemparan tombak, yang ada hanyalah gemerincing pedang beradu pedang, dan jeritan orang yang tertebas pedang, gugur atau luka di medan perang pinggiran sungai Marj Shufar.
Adapun sang pengantin perempuan, Ummu Hakim, sungguh ketabahan dan keberaniannya luar biasa. Mengetahui suami yang baru dikenalnya satu malam telah gugur sebagai syahid pertama di medan laga, ia segera melakukan ‘idah. Dikenakannya kain hitam, disandangnya baju besi pelindung, dan dicabutnya tiang tenda. Ia menebas ke kanan dan ke kiri, memukul ke depan dan belakang, menusuk setiap prajurit Romawi yang lolos sampai ke perkemahan pasukan Islam. Subhanallah, Allahu akbar, dalam perang itu sang pengantin perempuan menewaskan sembilan  prajurit Romawi.
Perang Marj Shuffar terjadi di bulan Muharram 14 Hijriyah, pada masa khalifah Umar bin Khathab. Kaum muslimin meraih kemenangan gemilang dalam pertempuran itu. Sedangkan sang pengantin baru menemukan kedudukan mulia yang selama ini senantiasa dicita-citakannya, gugur sebagai syahid.
Khalid bin Sa’id memiliki dua orang saudara laki-laki yang juga masuk Islam. Setelah Khalid masuk Islam dan berhijrah ke Habasyah, saudaranya yang bernama Amru bin Said ikut masuk Islam di Makkah. Dua tahun kemudian ia turut berhijrah ke Habasyah bersama istrinya, Fatimah binti Shafwan bin Umayyah.
Kedua bersaudara, Khalid dan Amru itu meninggalkan Habasyah dan berangkat ke Madinah bersama seluruh kaum muslimin di Habasyah pada tahun 7 Hijriyah. Setiba di Madinah, keduanya segera menulis surat kepada saudaranya yang bernama Abban bin Sa’id agar segera masuk Islam dan berhijrah ke Madinah. Abban segera masuk Islam dan berangkat hijrah ke Madinah, sebelum terjadinya penaklukan Makkah.
Amru bin Said sendiri menyertai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam dalam umrah qadha’, perang penaklukan Makkah, perang Hunain, perang Thaif dan perang Tabuk. Sementara itu pada tahun 9 hijriyah, Abban diangkat oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam sebagai pejabat zakat di daerah Bahrain.
Ketiga bersaudara Khalid bin Said, Amru bin Said dan Abban bin Said telah diangkat oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam sebagai pejabat di beberapa wilayah Islam. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam wafat dan Abu Bakar Ash-Shidiq diangkat sebagai khalifah, ketiga bersaudara itu kembali ke Madinah.
Khalifah hendak mengangkat mereka sebagai pejabat kembali, karena orang-orang yang diangkat oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam adalah orang-orang yang paling cakap dan layak memegang amanah jabatan. Namun ketiganya menolak tawaran jabatan itu. Mereka lebih memilih berjihad di medan perang Syam.
Dari Amru bin Said Al-Asydaq bahwasanya paman-pamannya, yaitu Khalid bin Said, Abban bin Said dan Amru bin Said kembali dari jabatan mereka ketika sampai kepada mereka berita meninggalnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam. Abu Bakar Ash-Shidiq berkata,
مَا أَحَدٌ أَحَقُّ بِالعَمْلِ مِنْ عُمَّالِ رَسُوْلِ اللهِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- ارْجِعُوا إِلَى أَعْمَالِكُم. 
“Tidak ada yang lebih layak memegang jabatan selain dari para pejabat yang diangkat oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam.  Kembalilah kalian kepada jabatan kalian!”
Namun ketiganya menolak. Mereka justru berangkat berjihad ke negeri Syam, sampai mereka semua gugur di sana. Mereka lebih memilih jihad fi sabilillah, walau sebagai prajurit biasa, daripada jabatan tinggi.
Amru bin Said dan Abban bin Said gugur dalam pertempuran Ajnadin, bulan Jumadil Ula 13 Hijriyah pada masa khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq. Sedangkan Khalid bin Said gugur dalam pertempuran Marj Shufar, bulan Muharram 14 Hijriyah pada masa khalifah Umar bin Khathab. Semoga Allah meridhai mereka, menerima amal mereka dan menempatkan mereka di surga Firdaus yang tertinggi.

B.Kedermawanan Sa'id bin Al-Ash

Suatu ketika, Muhammad bin Jahm al-Barmaki (gubernur di masa Khalifah Al-ma’mun) bermaksud menjual rumahnya. Beberapa orang berkumpul dan salah seorang di antara mereka membayar rumah itu seharga 50.000 dirham. Muhammad bin Jahm berkata kepada si pembeli, "Ambillah rumah ini dan berbahagialah serta bersenang-senanglah!" "Mengapa demikian?" tanya si pembeli heran. Dijawab oleh Muhammad bin Jahm al-Barmaki, "Karena rumah ini berdampingan dengan rumah Sa’id bin al-‘Ash," Lalu pembeli bertanya kembali, "Bagaimana perilakunya terhadap para tetangga?". "Jika kamu meminta sesuatu dia pasti akan memberi. Bila kamu tidak meminta, dia akan menawarkan diri. Bila kamu menyakitinya ia akan membalasnya dengan kebaikan. Dan bila ia berbuat baik kepadamu, ia tidak akan menceritakannya kepada orang lain."
Cerita ini sampai ke telinga Sa'id bin al-‘Ash. Ia pun memberi Muhammad bin Jahm 100.000 dirham seraya berkata, "Ambillah uang ini dan urungkan niatmu untuk menjual rumah!"

C.Hadits Ummu Khalid Binti Khalid Bin Said                           Bin Al Ash Radliyallahu Anha
Hadits Ahmad 25810
حَدَّثَنَا أَبُو قُرَّةَ مُوسَى بْنُ طَارِقٍ الزُّبَيْدِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ عُرْوَةَ عَنْ أُمِّ خَالِدٍ بِنْتِ خَالِدٍ أَنَّهَا سَمِعَتْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَعَوَّذُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
Dari Ummi Khalid binti Khalid bahwsanya ia pernah mendengar Rasulullah SAW memohon perlindungan dari adzab kubur. [HR.Ahmad no 25810].
Hadits Ahmad 25811
حَدَّثَنَا أَبُو النَّضْرِ قَالَ حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ سَعِيدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أُمِّ خَالِدٍ بِنْتِ خَالِدِ بْنِ سَعِيدِ بْنِ الْعَاصِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُتِيَ بِكِسْوَةٍ فِيهَا خَمِيصَةٌ صَغِيرَةٌ فَقَالَ مَنْ تَرَوْنَ أَحَقَّ بِهَذِهِ فَسَكَتَ الْقَوْمُ فَقَالَ ائْتُونِي بِأُمِّ خَالِدٍ فَأُتِيَ بِهَا فَأَلْبَسَهَا إِيَّاهَا ثُمَّ قَالَ لَهَا مَرَّتَيْنِ أَبْلِي وَأَخْلِقِي وَجَعَلَ يَنْظُرُ إِلَى عَلَمٍ فِي الْخَمِيصَةِ أَحْمَرَ أَوْ أَصْفَرَ وَيَقُولُ سَنَاهْ سَنَاهْ يَا أُمَّ خَالِدٍ وَسَنَاهْ فِي كَلَامِ الْحَبَشِ الْحَسَنُ
Dari Ummu Khalid binti Khalid bin Sa’id bin ‘Ash bahwasanya Rasulullah SAW didatangkan orang  pakaian yang  Datangkan kepadaku Ummu Khalid, lalu didatangkanlah Ummu Khalid kepada beliau, lalu beliau memakaikannya & bersabda kepadanya dua kali: Kamu pantas & cocok memakainya, beliau lalu memerhatikan kain sutera kecil yg berwarna merah atau kuning seraya berkata:
Sanah, sanah wahai Ummi Khalid. Sanah dalam bahasa Habasy berarti bagus. [HR Ahmad No.25811].
Hadits Ahmad 25812
حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ مُوسَى بْنِ عُقْبَةَ سَمِعَ أُمَّ خَالِدٍ بِنْتَ خَالِدٍ قَالَ وَلَمْ أَسْمَعْ أَحَدًا يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَيْرَهَا سَمِعَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَعَوَّذُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
memohon perlindungan dari adzab kubur. [ HR.Ahmad No.25812].

 

D. Kisah Khalid bin Sa'id bin 'Ash
Mimpi Diselamatkan Rasulullah Saw

Di masa akhir kejahiliyahannya, Khalid bin Sa'id bermimpi sedang berada di bibir jurang berisi nyala api besar. Tanpa berdaya ia melihat ayahnya datang dari belakang untuk mendorongnya masuk ke jurang. Untung saat itu Rasulullah Saw datang dan menariknya dari bibir jurang sehingga selamatlah Khalid. Mimpi itu tak memerlukan tafsir karena sudah begitu jelas. Namun Khalid merasa perlu bicara pada seseorang yang bijak dan ia pun menemuai Abu Bakar untuk mengisahkan mimpinya itu .
Abu Bakar berkata, "Sesungguhnya tak ada yang kuinginkan untukmu selain kebaikan. Nah, Muhammad adalah Rasul Allah. Ikutilah dia, karena sesungguhnya Islam akan menghindarkanmu dari api neraka."
Khalid menemui Rasulullah dan memeluk Islam. Saat itu pemeluk Islam baru 4 atau 5 orang. Jadi Khalid bin Sa'id mendapat kehormatan sebagai pemeluk Islam mula-mula.
Namun begitu Sa'id bin Ash tahu anaknya beralih agama, ia panggil Khalid. Sa'id beranggapan anaknya akan menjadi aib dan tercela di mata masyarakat. Dicacinya Khalid, dibentak dan disiksanya, tapi semua peristiwa mengerikan itu tak membuat iman Khalid goyah sedikit pun. Bahkan ketika sang Ayah mengusirnya, Khalid berkata, "Allah adalah sebaik-baik pemberi rezeki."
Bersama Rasulullah Saw, Khalid bermandi peluh dan darah dalam setiap pertempuran membela agama Allah yang amat dicintainya. Sebelum Rasulullah wafat, beliau Saw mengangkat Khalid bin Sa'id menjadi gubernur di Yaman.
Di masa pemerintahan Abu bakar Ash-Shiddiq, Khalid sempat diangkat menjadi salah seorang jenderal untuk memimpin pasukan ke Syam. Namun atas pertimbangan matang dari Umar bin Khattab, Khalifah Abu Bakar membatalkan keputusannya itu dan menempatkan Khalid bin Sa'id sebagai prajurit biasa. Mendengar keputusannya itu, Khalid berkata sejujurnya kepada Abu Bakar ra, "Demi Allah, saya tidak gembira dengan jabatan yang Anda berikan itu dan tidak pula berduka dengan pemecatan yang Anda sampaikan."
Abu Bakar ra meminta maaf kepada Khalid dan menawarkan Khalid untuk memilih satu di antara dua pasukan : pasukan Amru bin Ash karena Amru adalah sepupu Khalid, atau pasukan Syuhrabil bin Hasanah. Khalid pun berkata, lagi-lagi dengan jujur dan tulus, "Anak pamanku, Amru bin Ash, lebih ku sukai karena ia kerabatku. Namun Syuhrabil lebih ku cintai karena agamanya. Maka aku memilih menjadi prajurit di bawah komando Syuhrabil."
Khalid maju bertempur dan syahid melawan prajurit Romawi di medan tempur Marjus Shufar, Syam.

E.Wafat kholid bin Sa’id Al-ash

Kholid bin Sa’id Al-ash Wafat 59H/679 M  adalah seorang  sahabat nabi yang mempunyai sifat dermawan dan berkelakuan baik. Nama lengkapnya adalah Said bin Ash bin Said bin Ash bin Umayyah bin Abdu syams. Keturunan  Bani Umayyah. Pada tahun 30H khalipah Utsman bin Affan mengangkatnya sebagai penguasa di kufah. Said termasuk pembantu  khalipah dalam program pengkodifikasian  Al-Qur’anSaid meninggal di kota Madinah

1 komentar:

  1. Casino Night - MapyRO
    Casino Night is an entertaining 서산 출장안마 place to indulge 김포 출장샵 in some of the 광양 출장안마 most 대전광역 출장안마 The 동해 출장마사지 Poker Room at the South Pole and Casino at the Sky Hotel and Casino in South

    BalasHapus