MATA KULIAH DOSEN
PEMBIMBING
SEJARAH
PERADABAN ISLAM WAHYUDI RIFANI, M. PD. I
MAKALAH
SEJARAH
PERADABAN ISLAM
TURKI
USTMANI
OLEH
KELOMPOK 4
1.
AHMAD ATHOILLAH : 1312.3153
2.
AHMAD BAIHAQI :
1312.3133
3.
SHALAHUDDIN ANSHARI : 1312.3122
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM (STAI)
DARUSSALAM MARTAPURA
1435 H / 2014 M
KATA
PENGANTAR
الحمد
لله رب العالمين ، والصلاة والسلام على رسوله المبشروالمنذر الأمين ، سيدنا محمد
امام المجاهدين ، وعلى آله وصحابته من الأنصار والمهاجرين ، والتابعين لهم بإحسان
الى يوم الدين . أمّابعد .
Segala puji
hanya milik Allah yang telah melimpahkan segala karunianya yang tidak
terhingga, khususnya ni’mat iman dan islam. Yang dengan keduanya diperoleh
kebahagiaan dunia dan akhirat.
Sholawat dan
Salam semoga selalu tercurah atas Baginda Nabi Muhammad SAW, dan atas keluarga
dan sahabat beliau serta orang-orang yang mengikuti jejak langkah mereka itu
hingga akhir zaman.
Dengan
mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT makalah ini telah dapat kami
selesaikan, dengan tema yang telah ditentukan. Tidak lupa kami ucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Wahyudi Rifani M. Pdi sebagai
Dosen Pembimbing mata kuliah Sejarah Peradaban Islam, atas
bimbingannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu
Terima kasih
pula kami ucapkan kepada rekan-rekan khususnya dari kelompok 4, atas segala
bantuannya.
Kami menyadari
bahwa makalah ini jauh dari sempurna, dan penuh dengan kekurangan,
mudah-mudahan bisa lebih disempurnakan lagi di masa-masa mendatang.
Akhirnya semoga
pekerjaan kita ini diberi pahala oleh Allah SWT. Amiin.
Martapura, April 2014 Penyusun
Kelompok 4
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Di masa sekarang
ini kita umat Islam mendapat ujian yang sangat berat, di mana keadaan umat
Islam sangat ketinggalan dalam segala aspek kehidupan duniawi dibanding umat
lain. Padahal kalau dilihat kebelakang, umat Islam begitu berjaya selama lebih
dari 5 abad, bahkan kemajuan yang dirasakan bangsa-bangsa Barat sekarang, tidak
mungkin bisa dilepaskan dari peranan umat Islam di masa keemasannya.
Umat Islam
sekarang perlu berkaca kepada pendahulu mereka, mempelajari sejarah mereka, dan
mengambil i’tibar serta meneladani perjuangan, semangat mereka dalam memajukan
Islam dan kaum muslimin. Sehingga dengan begitu timbullah rasa bangga, percaya
diri, dan berkobarlah semangat yang sudah lama tergerus oleh bayang-bayang
gemerlap kemajuan bangsa-bangsa barat yang telah memenuhi segala aspek
kehidupan kita.
Firman Allah SWT kepada Nabi-Nya:
yxä.ur
Èà)¯R
y7ø‹n=tã
ô`ÏB
Ïä!$t6/Rr&
È@ß™”9$#
$tB
àMÎm7sVçR
¾ÏmÎ/
x8yŠ#xsèù
..... ÇÊËÉÈ
“ Dan semua
kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang
dengannya Kami teguhkan hatimu ... “ (Hud : 120)[1]
Allah SWT meneguhkan
hati Rasulullah serta para sahabat beliau diantaranya dengan menceritakan para
Rasul serta umat-umat terdahulu di dalam Al-Quran..
Dengan mengetahui
sejarah para pendahulu kita dapat bercermin bagaimanakah mereka bisa berhasil,
dan bagaimana keadaan umat Islam sekarang dibanding masa dahulu.
Kata Imam Malik bin
Anas RA :
وَلَا يُصْلِحُ آخرَ هذه الأمة إلا ما أصْلَحَ
أَوَّلَهَ[2]
Dan tidaklah bisa memperbaiki akhir ini
umat, melainkan oleh sesuatu yang memperbaiki akan awalnya ..
عن أبي قبيل قال : كنا عند عبدالله بن عمرو بن العاص وسئل : أي المدينتين تفتح أولا القسطنطينية أو رومية ؟ فدعا عبدالله بصندوق له حلق قال : فأخرج منه كتابا قال : فقال عبدالله : بينما نحن حول رسول الله صلى الله عليه و سلم نكتب إذ سئل رسول الله صلى الله عليه و سلم : أي المدينتين تفتح أولا : أقسطنطينية أو رومية ؟ فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم : مدينة هرقل تفتح أولا . يعني : قسطنطينية
Dari Abu
Qubail berkata: Ketika kita sedang bersama Abdullah bin Amr bin al-Ash, dia
ditanya: Kota manakah yang akan dibuka terlebih dahulu; Konstantinopel atau Rumiyah?
Abdullah meminta kotak dengan lingkaran-lingkaran miliknya. Kemudian dia mengeluarkan kitab. Abdullah berkata: Ketika kami dahulu sedang menulis di sekitar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau ditanya: Dua kota ini manakah yang dibuka lebih dulu: Konstantinopel atau Rumiyah/Roma? Rasul menjawab, “Kota Heraklius dibuka lebih dahulu.” Yaitu: Konstantinopel. [H.R. Ahmad, Ad-Darimi, Al-Hakim]
Abdullah meminta kotak dengan lingkaran-lingkaran miliknya. Kemudian dia mengeluarkan kitab. Abdullah berkata: Ketika kami dahulu sedang menulis di sekitar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau ditanya: Dua kota ini manakah yang dibuka lebih dulu: Konstantinopel atau Rumiyah/Roma? Rasul menjawab, “Kota Heraklius dibuka lebih dahulu.” Yaitu: Konstantinopel. [H.R. Ahmad, Ad-Darimi, Al-Hakim]
Diriwayatkan bahwasanya Rasulullah SAW
bersabda :
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : (لتفتحن
القسطنطينية فلنعم الأمير أميرها ولنعم الجيش ذلك الجيش ) (روه الإمام أحمد في
مسنده ).
“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang
menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah
komandonya adalah sebaik-baik pasukan.”[3]
Disemangati hadits ini, pemimpin-pemimpin Islam
berlomba-lomba berusaha menaklukkan ibukota imperium Romawi ini, demi
memperoleh keistimewaan pujian Rasulullah di dalam Hadits tersebut, sebagai
sebaik-baik pemimpin. Upaya pertama dilakukan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan pada
tahun 668 M, namun gagal dan salah satu sahabat Rasulullah SAW yaitu Abu Ayyub
Al-Anshari ra. gugur. Sebelumnya Abu Ayyub sempat berwasiat jika ia wafat
meminta dimakamkan di titik terjauh yang bisa dicapai oleh kaum muslim karena
ingin mendengarkan derap langkah kuda sebaik-baik pemimpin di zamannya. Dan
para sahabatnya berhasil menyelinap dan memakamkan beliau persis di sisi tembok
benteng Konstantinopel di wilayah Golden Horn.
Generasi berikutnya, baik dari Bani Umayyah maupun
Kekhalifahan Abbasiyah hingga zaman Turki Usmani di masa Sultan Murad II juga
gagal menaklukan Konstantinopel. Salah satu peperangan Murad II adalah melawan
Vlad Dracul, seorang tokoh Crusader yang bengis dan sadis yang telah membunuh
ratusan ribu muslimin. Selama 800 tahun kegagalan selalu terjadi, hingga anak
Sultan Murad II yaitu Muhammad II naik tahta Turki Usmani, dan diusianya yang
sangat muda 19 tahun beliau berhasil
membuktikan nubuwwah Rasulullah SAW yaitu menaklukkan kota Konstatinopel. [4]
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Siapakah
pendiri Kerajaanan Turki Usmani itu dan
bagaimana sejarah kemunculannya?
2.
Siapa
sajakah yang memimpin Kerajaan Turki Usmani?
3.
Bagaimana
perkembangan kemajuan peradaban dan kebudayaan Islam di masa Kerajaan Turki Usmani?
4.
Kemunduran
Kerajaan Turki Usmani
C.
TUJUAN
MAKALAH
Tujuan makalah ini disusun untuk :
1. Mengetahui pendiri Kerajaan Turki Usmani dan proses kemunculannya
2. Mengetahui siapa saja para pemimpin dimasa Kerajaan Turki Usmani
3. Mengetahui perkembangan peradaban dan kebudayaan Islam di masa Kerajaan
Turki Usmani
D.
BATASAN MASALAH
Dalam makalah ini kami hanya membahas seputar Kerajaan Turki Usmani
mulai kemunculannya sampai keruntuhannya, dan sekitar yang terjadi di masa
kekuasaan Turki Usmani
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
KEMUNCULAN
TURKI USMANI
Setelah kekhalifahan Bani Abbasiyah runtuh akibat serangan tentara
Mongol, kekuatan politik Islam mengalami kemunduran secara drastis. Wilayah
kekuasaannya tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang satu sama lain
bahkan saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban Islam banyak
yang hancur akibat serangan bangsa Mongol itu. Namun, kemalangan tidak berhenti
sampai di situ. Timur Lenk terus menghancurkan pusat-pusat kekuasaan Islam yang
lain.
Keadaan politik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami
kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar : Usmani
di Turki, Mughal di India, dan Safawi di Persia. Kerajaan Usmani, disamping
yang pertama berdiri , juga yang terbesar dan paling lama bertahan dibanding
dua kerajaan lainnya.
Pendiri kerajaan ini adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang
mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri China. Dalam jangka waktu
kira-kira tiga abad, mereka pindah ke Turkistan kemudian Persia dan Irak.
Mereka masuk Islam sekitar abad kesembilan atau kesepuluh, ketika mereka
menetap di Asia Tengah. Di bawah tekanan serangan-serangan Mongol pada abad
ke-13 M, mereka melarikan diri ke daerah barat dan mencari tempat pengungsian
di tengah-tengah saudara mereka, orang-orang Turki Seljuk, di dataran tinggi
Asia Kecil. Di sana, di bawah pimpina Ertoghrul, mereka mengabdikan diri kepada
Sultan Alauddin II, Sultan Seljuk yang kebetulan sedang berperang melawan
Bizantium. Berkat bantuan mereka, Sultan Alauddin mendapat kemenangan. Atas
jasa baik itu, Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di Asia Kecil yang
berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu, mereka terus membina wilayah barunya
dan memilih Syukud sebagai ibu kota.
Ertoghrul
meninggal dunia tahun 1289 M. Kepemimpinannya dilanjutkan oleh putranya, Usman.
Putra Ertoghrul inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajaan Usmani. Usman
memerintah antara tahun 1290 M dan 1326 M. Sebagaimana ayahnya, ia banyak
berjasa kepada Sultan Alauddin II dengan keberhasilannya menduduki
benteng-benteng Bizantium yang berdekatan dengan kota Broesse. Pada tahun 1300
M, bangsa Mongol menyerang kerajaan Seljuk dan Sultan Alauddin terbunuh.
Kerajaan Seljuk Rum ini kemudian terpecah-pecah dalam beberapa kerjaan kecil. Usman
pun menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya.
Sejak itulah, kerajaan Usmani dinyatakan berdiri. Secara singkat masa kepemimipinan
Kerajaan Turki Usmani dapat dibagi dalam 5 periode :
Periode I (1299-1402) Pertumbuhan
dan perkembangan kekuasaan yang disusul dengan perluasan wilayah hingga
menyeberang ke daratan Eropa. Kekuatan Timur Lenk kemudian dapat membendung
langkah maju Turki Utsmani, di mana mereka dapat merebut wilayah Timur kerajaan
pada 1402.
Periode ke II (1403-1566) Masa transisi; anak-anak Bayazid berebut kekuasaan, sampai akhirnya dikuasai penuh oleh Muhammad I. Muhammad II (Al-Fatih) menaklukan Konstantinopel pada 1453, sementara Salim menaklukan Mesir pada 1517.
Periode ke III (1566-1703) Hanya bertahan dan tidak terjadi perluasan wilayah; bahkan ada wilayahnyayang sudah jatuh (seperti Hongaria) ke pihak musuh.
Periode ke IV (1703-1839) masa kemunduran.
Periode ke V (1839-1924) terjadi modernisasi sampai kemudian jatuh pada 1924. Berdirilan Republik Islam Turki.[5]
Periode ke II (1403-1566) Masa transisi; anak-anak Bayazid berebut kekuasaan, sampai akhirnya dikuasai penuh oleh Muhammad I. Muhammad II (Al-Fatih) menaklukan Konstantinopel pada 1453, sementara Salim menaklukan Mesir pada 1517.
Periode ke III (1566-1703) Hanya bertahan dan tidak terjadi perluasan wilayah; bahkan ada wilayahnyayang sudah jatuh (seperti Hongaria) ke pihak musuh.
Periode ke IV (1703-1839) masa kemunduran.
Periode ke V (1839-1924) terjadi modernisasi sampai kemudian jatuh pada 1924. Berdirilan Republik Islam Turki.[5]
B.
RAJA-RAJA
DINASTI USMANIYAH
1.
Sultan
Usman bin Ertoghrul (699-726 H/ 1294-1326 M)
Penguasa
pertamanya adalah Usman yang sering disebut Usman I.
Setelah Usman
I mengumumkan mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al-Usman (raja besar
keluarga Usman) tahun 699 H (1300 M), setapak demi setapak wilayah kerajaan
dapat diperluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan Bizantiumdan menaklukkan
kota Broessa tahu 1317 M, kemudian pada tahun 1326 M dijadikan sebagai ibu kota
kerajaan.[6]
2.
Sultan
Orkhan bin Usman (726-761 H/ 1326-1359 M)
Sultan Orkhan adalah
putera Usman I. sebelum Orkhan ditetapkan menjadi raja, ia telah banyak
membantu perjuangan ayahnya. Dia telah menjadikan Brousse sebagai ibu kota
kerajaannya. Pada masa pemerintahannya, dia berhasil mengalahkan dan
menguasai sejumlah kota di selat Dardanil. Tentara baru yang dibentuk oleh
Urkhan I diberi nama Inkisyaiah atau Jenissary. Pasukan ini
dilengkapi dengan persenjataan dan pakaian seragam. Di zaman inilah pertama
kali dipergunakan senjata meriam.[7] Pada masa ini Turki Usmani
dapat menaklukkan Azmir (Smirna) tahun1327 M, Thawasyanli (1330 M), Uskandar
(1338 M), Ankara (1354 M), dan Gallipoli (1356 M). Daerah ini adalah bagian
benua Eropa yang pertama kali diduduki kerajaan Turki Usmani.[8]
3.
Murad
I bin Orkhan (761 H/1359 M – 791 H/1389 M)
Pengganti Sultan Urkhan adalah Sultan
Murad I. selain memantapkan keamanan di dalam negrinya, sultan juga meneruskan
perjuangan dan menaklukkan beberapa daerah ke benua Eropa. Ia menaklukkan
Adrianopel, yang kemudian dijadikan sebagai ibukota kerajaan yang baru serta
membentuk pasukan berkuda (Kaveleri). Perjuangannya terus dilanjutkan dengan
menaklukkan Macedonia, Shopia ibukota Bulgaria, dan seluruh wilayah bagian
utara Yunani.
Karena banyaknya kota-kota yang ditaklukkan oleh Murad I, pada waktu itu
bangsa Eropa mulai cemas. Akhirnya raja-raja Kristen Balkan meminta bantuan
Paus Urban II untuk mengusir kaum muslimin dari daratan Eropa. Paus mengobarkan
semangat perang. Sejumlah besar pasukan sekutu Eropa disiapkan untuk memukul
mundur Turki Usmani. Pasukan ini dipimpin oleh Sijisman raja Hongaria.
Terjadilah peperangan antara pasukan Islam dan Kristen Eropa pada tahun 765 H
(1362 M). Peperangan itu dimenangkan oleh pasukan Murad I, sehingga Balkan
jatuh ke tangan umat Islam. Selanjutnya pasukan Murad I merayap terus menguasai
Eropa Timur seperti Somakov, Sopia Monatsir, dan Saloniki.
4.
Bayazid I bin Murad I (
791 H/1389 M – 805H/1403 M)
Bayazid adalah putra Murad I. Ia meneruskan perjuangan ayahnya dengan
memperluas wilayahnya seperti Eiden, Sharukan dan Mutasya di Asia Kecil dan negeri bekas kekuasaan Bani Saluki. Bayazid
sangat besar pengaruhnya, sehingga mencemaskan Paus. Kemudian Paus Bonifacius
mengadakan penyerangan terhadap pasukan Bayazid, dan perangan ini yang
merupakan penyebab terjadinya Perang Salib.[9]
Tentara Salib ketika itu terdiri dari
berbagai bangsa, namun dapat dilumpuhkan oleh pasukan Bayazid. Dan keberhasilan
ini merupakan catatan sejarah yang amat gemilang bagi umat Islam.
Ekspansi kerajaan Usmani sempat terhenti
beberapa lama. Ketika ekspansi diarahkan ke Konstatinopel, tentara Mongol yang
dipimpin Timur Lenk melakukan serangan ke Asia Kecil. Pertempuran hebat terjadi
di Ankara tahun 1402 M. Tentara Turki Usmani mengalami kekalahan. Bayazid
bersama putranya Musa tertawan dan wafat dalam tahanan Timur Lenk pada tahun
1403 M. Kekalahan Bayazid di Ankara itu membawa dampak buruk bagi Turki Usmani. Penguasa-penguasa Seljuk di
Asia Kecil melepaskan diri dari genggaman Turki Usmani. Wilayah-wilayah Serbia
dan Bulgaria juga memproklamirkan kemerdekaan. Dalam masa itu, putra-putra
Bayazid saling berebut kekuasaan. Suasana buruk ini baru berakhir setelah
Sultan Muhammad I (1403-1421 M) dapat mengatasinya.[10]
5.
Muhammad I bin Bayazid (816 H/1403 M - 824
H/1421 M)
Kekalahan Bayazid membawa akibat buruk
terhadap penguasa-penguasa Islam yang semula berada di bawah kekuasaan Turki
Usmani, sebab satu sama lain berebutan, seperti wilayah Serbia, dan Bulgeria
melepaskan diri dari Turki Usmani.[11] Setelah Timur Lenk
meninggal dunia tahun 1405 M, kerajaan Mongol dipecah dan dibagi-bagi kepada
putra-putranya yang satu-sama lain saling berselisih. Kondisi ini dimanfaatkan
penguasa Turki Usmani untuk melepaskan diri dari kekuasaan Mongol. Namun pada
saat seperti itu juga terjadi perselisihan antara putra-putra Bayazid
(Muhammad, Isa, dan Sulaiman). Setelah sepuluh tahun perebutan kekuasaan
terjadi, akhirnya Muhammad berhasil mengalahkan saudara-saudaranya. Sultan
Muhammad I berusaha keras menyatukan kembali negaranya yang telah bercerai berai
itu kepada keadaan semula. Usaha Muhammad yang pertama kali ialah mengadakan
perbaikan-perbaikan dan meletakkan dasar-dasar keamanan dalam negeri. Usahanya
ini diteruskan oleh Murad II (1421 – 1484 M) [12]
6.
Murad II bin Muhammad (
824 H/ 1421 M - 855 H/1451 M)
Sepeninggalannya Sultan Muhammad I,
pemerintahan diambil alih oleh Sultan Murad II. Cita-citanya adalah melanjutkan
usaha Muhammad I. yaitu untuk menguasai kembali daerah-daerah yang terlepas
dari kerajaan Turki Usmani sebelumnya. Daerah pertama yang dikuasainya adalah
Asia Kecil, Salonika Albania, Falokh, dan Hongaria.
Setelah bertambahnya beberapa daerah yang
dapat dikuasai tentara Islam, Paus Egenius VI kembali menyerukan Perang Salib.
Tentara Sultan Murad II menderita kekalahan dalam perang salib itu. Akan tetapi
dengan bantuan putranya yang bernama Muhammad, perjuangan Murad II dapat
dilanjutkan kembali yang pada akhirnya Murad II kembali berjaya dan keadaan
menjadi normal kembali sampai akhir kekuasaan diserahkan kepada putranya
bernama Sultan Muhammad II (Al-Fatih).[13]
7.
Muhammad II bin Murad II
atau Muhammad Al-Fatih (855 H/1451 M-886 H/1481 M)
Setelah Sultan Murad II meninggal dunia, pemerintahan kerajaan Turki Usmani
dipimpin oleh putranya Muhammad II atau Muhammad Al-Fatih (Sang Penakluk). Ia
diberi gelar Al-Fatih karena dapat menaklukkan Konstantinopel, yang sudah lama
ditunggu-tunggu umat Islam sesuai yang dijanjikan Rasulullah langsung.
Diceritakan bahwa tentara Sultan Muhammad Al Fatih tidak pernah meninggalkan
solat wajib sejak baligh dan separuh dari mereka tidak pernah meninggalkan
solat tahajud sejak baligh. Hanya Sultan Muhammad Al Fatih saja yang tidak
pernah meninggalkan solat wajib, tahajud dan rawatib sejak baligh hingga saat
kematiannya.[14]
Muhammad Al-Fatih berusaha membangkitkan kembali sejarah gemilang umat Islam
sampai dapat menaklukkan Konstantinopel sebagai ibukota Bizantium.
Konstantinopel adalah kota yang sangat penting dan belum pernah dikuasai
raja-raja Islam sebelumnya.
Muhammad Al-Fatih dianggap sebagi pembuka pintu bagi perubahan dan
perkembangan Islam. Tiga alasan Muhammad II menaklukkan Konstantinopel,
yaitu:
1)
Dorongan iman kepada
Allah SWT, dan semangat perjuangan berdasarkan hadits Nabi Muhammad saw untuk
menyebarkan ajaran Islam.
2)
Kota Konstantinopel
sebagai pusat kemegahan bangsa Romawi.
3)
Negerinya sangat indah dan letaknya strategis
untuk dijadikan pusat kerajaan.
Usaha mula-mula umat Islam untuk menguasai kota Konstantinopel dengan cara
mendirikan benteng besar dipinggir Bosporus yang berhadapan dengan benteng yang
didirikan Bayazid. Benteng Bosporus ini dikenal dengan nama Rumli Haisar
(Benteng Rum). Benteng yang didirikan umat Islam pada zaman Muhammad
Al-Fatih itu dijadikan sebagai pusat persediaan perang untuk menyerang kota
Konstantinopel. Hari Jumat, 6 April 1453 M, Muhammad bersama gurunya, Syaikh
Aaq Syamsudin, beserta tangan kanannya, Halil Pasha dan Zaghanos Pasha
merencanakan penyerangan ke Byzantium dari berbagai penjuru benteng kota tersebut.
Dengan berbekal 150.000 pasukan dan meriam buatan Urban –teknologi baru pada
saat itu– Muhammad II mengirim surat kepada Paleologus untuk masuk Islam atau
menyerahkan penguasaan kota secara damai atau perang. Constantine Paleologus
menjawab tetap mempertahankan kota dengan dibantu oleh Kardinal Isidor,
Pangeran Orkhan dan Giovanni Giustiniani dari Genoa. Pasukan Muhammad II
menyerbu Byzantium dari arah barat (Balkan). Sedangkan, di bagian
timur (di selat Bosporus) dijaga armada Turki untuk menghalangi bantuan
yang di tujukan pada Konstantinopel. Tanggal 28 mei 1453 M pasukan Turki
serentak menyerbu kedalam kota, akhirnya kota Konstantinopel jatuh ke
tangan umat Islam (29 Mei 1453 M) dan Kaisar Bizantium Palaelogus tewas bersama
tentara Romawi Timur. Konstantinopel telah jatuh, penduduk kota
berbondong-bondong berkumpul di Hagia Sophia, dan Sultan Muhammad II memberi
perlindungan kepada semua penduduk, siapapun, baik Islam, Yahudi ataupun
Kristen. Hagia Sophia pun akhirnya dijadikan masjid dan gereja-gereja lain
tetap sebagaimana fungsinya bagi penganutnya. Setelah kota Konstantinopel dapat
ditaklukkan, kota itu dijadikan sebagai ibukota dan namanya diganti
menjadi Islambol (Islam keseluruhannya). Kini nama tersebut telah
diganti oleh Mustafa Kemal Ataturk menjadi Istanbul.[15]
Jatuhnya kota Konstantinopel ke tangan umat Islam, berturut-turut
pula diikuti oleh penguasaan Negara-negara sekitarnya seperti Serbia, Athena,
Mora, Bosnia, dan Italia.
Setelah pemerintahan Sultan Muhammad II, berturut-turut kerajaan Islam
dipimpin oleh beberapa Sultan, yaitu:
8.
Sultan Bayazid II
(1481-1512 M)
9.
Sultan Salim I (918-926
H/ 1512-1520 M)
Di masa Sultan Salim I, perhatian beralih
ke arah timur dengan menaklukkan Persia, Syiria, dan Dinasti Mamalik Mesir.
10. Sultan Sulaiman (926-974 H/ 1520-1566 M)
Sultan Sulaiman Al-Qanuni termasuk Sultan
yang sukses memimpin Kerajaan Turki Usmani, ia tidak mengarahkan ekspansinya ke
salah satu arah timur atau barat, tetapi seluruh wilayah yang berada di sekitar
Turki Usmani merupakan obyek yang menggoda hatinya. Sultan Sulaiman berhasil
menundukkan Irak, Belgrado, Pulau Rodhes, Tunis, Budhapes, dan Yaman. Dengan
demikian, luas wilayah Kerajaan Turki Usmani pada masa Sultan Sulaiman
Al-Qanuni mencakup Asia Kecil, Armenia, Irak, Syiria, Hijaz, dan Yaman di Asia;
Mesir, Libya, Tunis, dan Aljazair di Afrika; Bulgaria, Yunani, Yugoslavia,
Albania, Hongaria, dan Rumania di Eropa.
Setelah Sultan Sulaiman wafat, terjadilah
perebutan kekuasaan antara putra-putranya, yang menyebabkan kerajaan mengalami
kemunduran. Akan tetapi, meskipun terus mengalami kemunduran, kerajaan ini untuk
masa beberapa abad masih dipandang sebagai negara yang kuat, terutama dalam
bidang militer.[16]
11. Sultan Salim II (974-1171 H/ 1566-1573 M)
12. Sultan Murad III ( 1573-1596 M)
13. Setelah pemerintahan Sultan Murad III, dilanjutkan oleh 20 orang Sultan
Turki Usmani sampai berdirinya Republik Islam Turki. Akan tetapi kekuasaan
sultan-sultan tersebut tidak sebesar kerajaan-kerajaan sultan-sultan
sebelumnya. Para sultan itu lebih suka bersenang-senang, sehingga melupakan
kepentingan perjuangan umat Islam. Akibatnya, dinasti Turki Usmani dapat
diserang oleh tentara Eropa, seperti Inggris, Perancis, dan Rusia.[17] Sehingga kekuasaan Turki
Usmani semakin lemah dan berkurang hingga akhirnya di akhir PD II, Turki
termasuk negara yang kalah perang. Kemal Attaturk kemudian memproklamirkan
Republik Turki sebagai ganti dari Kerajaan Turki Usmani. Dengan demikian
runtuhlah kerajaan dan kekhalifahan Turki Usmani.
C.
KEMAJUAN PERADABAN DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI MASA TURKI USMANI
Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan Usmani yang demikian luas dan
berlangsung dengan cepat itu diikuti pula oleh kemajuan-kemajuan dalam
bidang-bidang kehidupan yang lain. Yang terpenting diantaranya adalah sebagai
berikut:
1.
Bidang Militer
Para pemimpin kerajaan Usmani pada masa-masa pertama adalah orang-orang
yang kuat, sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas.
Meskipun demikian, kemajuan Kerajaan Usmani mencapai masa keemasannya itu,
bukan semata-mata karena keunggulan politik para pemimpinnya. Masih banyak
faktor lain yang mendukung keberhasilan ekspansi itu. Yang terpenting
diantaranya adalah keberanian , keterampilan, ketangguhan, dan kekuatan
militernya yang sanggup bertempur kapan dan di mana saja.
Untuk pertama kali, kekuatan militer kerajaan ini mulai diorganisasi dengan
baik dan teratur ketike terjadi kontak senjata dengan Eropa. Ketika itu,
pasukan tempur yang besar sudah terorganisasi. Pengorganisasian yang baik,
taktik, dan strategi tempur militer Usmani berlangsung tanpa halangan berarti.
Namun, tidak lama setelah kemenangan tercapai, kekuatan militer yang besar ini
dilanda kekisruhan. Kesadaran prajuritnya menurun. Merasa merasa dirinya
sebagai pemimpin-pemimpin yang berhak menerima gaji. Akan tetapi, keadaan
tersebut segera dapat diatasi oleh Orkhan dengan jalan mengadakan perombakan
besar-besaran dalam tubuh militer.
Pembaruan dalam tubuh organisasi militer oleh Orkhan, tidak hanya dalam
bentuk mutasi personel-personel pimpinan, tetapi juga diadakan perombakan dalam
keanggotaan. Bangsa-bangsa non-Turki dimasukkan sebagai anggota, bahkan
anak-anak Kristen yang masih kecil diasramakan dan dibimbing dalam suasana
Islam untuk dijadikan prajurit. Program ini ternyata berhasil dengan
terbentuknya kelompok militer baru yang disebut pasukan Jenissari atau
Inkisyariah. Pasukan inilah yang dapat mengubah negara Usmani menjadi mesin
perang yang paling kuat, dan memberikan dorongan yang amat besar dalam
penaklukan negari-negeri non-Muslim.
Di samping Jenissari, ada lagi prajurit dari tentara kaum feodal yang
dikirim kepada pemerintah pusat. Pasukan ini disebut tentara atau kelompok
militer Thaujiah. Angkatan laut pun dibenahi, karena ia mempunyai peranan yang
besar dalam perjalanan ekspansi Turki Usmani. Pada abad ke-16, angkatan laut
Turki Usmani mencapai puncak kejayaannya. Kekuatan militer turki Usmani yang
tangguh itu dengan cepat dapat menguasai wilayah yang amat luas, baik di Asia,
Afrika, maupun Eropa. Faktor utama yang yang mendorong kemajuan di lapangan
kemiliteran ini ialah tabiat bangsa Turki itu yang bersifat militer, berdisiplin,
dan patuh terhadap peraturan. Tabiat ini merupakan tabiat alami yang mereka
warisi dari nenek moyangnya di Asia Tengah.
Keberhasilan ekspansi tersebut dibarengi pula dengan terciptanya jaringan
pemerintahan yang teratur. Dalam mengelola wilayah yang luas sultan-sultan
Turki Usmani senantiasa bertindak tegas. Dalam struktur pemerintahan, sultan
sebagai penguasa tertinggi, dibantu oleh shadrul a’dham (perdana menteri), yang
membawahi pasya (gubernur). Gubernur mengepalai daerah tingkat I. Di bawahnya
terdapat beberapa orang al-zanaziq atau al-‘alawiyah.
Untuk mengatur urusan pemerintahan negara, di masa Sultan Sulaiman I,
disusun sebuah kitab undang-undang (qanun). Kitab tersebut diberi nama Multaqa
al-abhur, yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Turki Usmani sampai
datangnya reformasi pada abad ke-19. Karena jasa Sultan Sulaiman I yang amat
berharga ini, di ujung namanya ditambah gelar Al-Qanuni.
2.
Bidang Ilmu Pengetahuan
dan Budaya
Kebudayaan Turki Usmani merupakan perpaduan macam-macam kebudayaan, diantaranya
adalah kebudayaan Persia, Bizantium, dan Arab. Dari kebudayaan Persia, mereka
banyak mengambil ajaran-ajaran tentang etika dan tata krama dalam istana
raja-raja. Organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak mereka serap dari
Bizantium. Sedangkan, ajaran-ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi, sosial,
dan kemasyarakatan, keilmuan dan huruf
mereka terima dari bangsa Arab. Orang-orang Turki Usmani memang dikenal
sebagai bangsa yang suka dan mudah berasimilasi dengan bangsa asing dan terbuka
untuk menerima kebudayaan luar. Hal ini mungkin karena mereka masih miskin
dengan kebudayaan. Bagaimanapun, sebelumnya mereka adalah orang nomad yang
hidup di dataran Asia Tengah.
Sebagai bangsa yang berdarah militer, Turki Usmani lebih banyak memfokuskan
kegiatan mereka dalam bidang kemiliteran, sementara dalam bidang ilmu
pengetahuan, mereka kelihatan tidak begiu menonjol. Karena itulah, di dalam
khazanah intelektual Islam kita tidak menemukan ilmuwan terkemuka dari Turki Usmani.
Namun demikian, mereka banyak berkiprah dalam pengembangan seni arsitektur
Islam berupa bangunan-bangunan masjid yang indah, seperti Masjid Al-Muhammadi
atau Masjid Jami’ Sultan Muhammad Al-Fatih, Masjid Agung Sulaiman, dan Masjid
Abi Ayyub Al-Anshari. Masjid-masjid tersebut dihiasi pula dengan kaligrafi yang
indah. Salah satu masjid yang terkenal dengan keindahan kaligrafinya adalah
masjid yang asalnya gereja Aya Sopia. Hiasan kaligrafi itu dijadikan penutup
gambar-gambar Kristiani yang ada sebelumnya.
Pada masa Sultan Sulaiman di kota-kota
besar dan kota-kota lainnya, banyak dibangun masjid, sekolah, rumah sakit,
gedung, makam, jembatan, saluran air, villa, dan pemandian umum. Disebutkan
bahwa 235 buah dari bangunan itu dibangun di bawah koordinat Sinan, seorang
arsitek asal Anatolia.
3.
Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam lapangan
sosial dan politik. Masyarakat digolong-golongkan berdasarkan agama, dan
kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga, fatwa Ulama menjadi
hukum yang berlaku. Karena itu, ulama mempunyai tempat tersendiri dan berperan
besar dalam kerajaan dan masyarakat. Mufti, sebagai pejabat urusan agama
tertinggi, berwenang memberi fatwa resmi terhadap problema keagamaan yang
dihadapi masyarakat. Tanpa legitimasi Mufti, keputusan hukum kerajaan bisa
tidak berjalan.
Pada masa Turki Usmani tarekat juga mengalami kemajuan. Tarekat yang paling
berkembang ialah tarekat Bektasyi dan tarekat Maulawi. Kedua tarekat ini banyak
dianut oleh kalangan sipil dan militer. Tarekat Bektasyi mempunyai pengaruh
yang amat dominan di kalangan tentara Jenissari, sehingga mereka sering disebut
Tentara Bektasyi, sementara tarekat Maulawi mendapat dukungan penguasa dalam
mengimbangi Jenissari Bektasyi.
Di pihak lain, kajian-kajian ilmu keagamaan, seperti fiqih, ilmu kalam,
tafsir, dan hadits boleh dikatakan tidak mengalami perkembangan yang yang
berarti. Para penguasa lebih cenderung untuk menegakkan satu faham (madzhab)
keagamaan dan menekan madzhab lainnya. Sultan Abdul Hamid II, misalnya begitu fanatik
terhadap aliran Asy’ariyah. Ia merasa perlu mempertahankan aliran tersebut dari
kritik-kritikan aliran lain. Ia memerintahkan
kepada Syekh Husein Al-Jisri menulis kitab Al-Hushun Al-Hamidiyah
(benteng pertahanan Abd. Al-Hamid) untuk melestarikan aliran yang dianutnya
itu. Akibat kelesuan di bidang ilmu keagamaan dan fanatik yang berlebihan, maka
ijtihad tidak berkembang. Ulama hanya suka menulis buku dalam bentuk syarah
(penjelasan) dan hasyiah (semacam catatan) terhadap karya-karya masa klasik.[18]
D.
KEMUNDURAN KERAJAAN TURKI USMANI
Setelah Sultan Sulaiman
Al-Qanuni wafat (1566 M), kerajaan Turki Usmani mulai memasuki fase
kemundurannya. Akan tetapi, sebagai sebuah kerajaan yang sangat besar dan kuat,
kemunduran itu tidak langsung terlihat. Perlahan tapi pasti kejayaan Turki
Usmani mulai memudar, karena para pemimpin yang menggantikannya tidak mempunyai
kemampuan yang cukup memadai untuk mengatasi permasalahan yang timbul,
diantaranya pemberontakan-pemberontakan di wilayah-wilayah kekuasaan, dan
bangsa-bangsa Eropa yang mulai mengalami masa kemajuan yang pesat. Hingga
akhirnya di akhir Perang Dunia II 1942 H dimotori oleh Kemal Attaturk, Kerajaan
Turki Usmani berubah menjadi Republik Turki. Maka dengan demikian berakhirlah
kerajaan Islam yang berkuasa selama 6 abad.
Banyak faktor yang menyebabkan Kerajaan
Turki Usmani itu mengalami kemunduran, diantaranya adalah :
1. Wilayah kekusaan yang sangat luas, sedangkan administrasi pemerintahan
kerajaan tidak beres.
2. Heterogenitas penduduk dengan wilayah yang sangat luas, sehingga perbedaan
bangsa dan agama acapkali menyebabkan terjadinya pemberontakan.
3. Pemerintahan yang lemah setelah Sultan Sulaiman Al-Qanuni, menyebabkan
banyak terjadi kekacauan di pemerintahan.
4. Pemberontakan tentara Jenissari, tentara yang menjadi sumber kekuatan
militer Turki Usmani, pernah terjadi 4 kali.
5. Kemerosotan Ekonomi.
6. Terjadi stagnasi dalam lapangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sementara
bangsa-bangsa Eropa sedang mengalami masa pesatnya ilmu pengetahuan.[19]
Bagaimanapun, kerajaan Turki Usmani banyak berjasa, terutama dalam
perluasan wilayah kekuasaan Islam ke Benua Eropa. Ekspansi kerajaan ini untuk
pertama kalinya lebih banyak ditujukan ke Eropa Timur yang belum masuk dalam
wilayah kekuasaan dan agama Islam. Akan tetapi, karena dalam bidang peradaban
dan kebudayaan – kecuali dalam hal-hal yang yang bersifat fisik –
perkembangannya jauh berada di bawah kemajuan politik, maka, bukan saja
neger-negeri yang sudah ditaklukkan akhirnya melepaskan diri dari kekuasaan
pusat, tetapi juga masyarakatnya tidak banyak yang memeluk agama Islam.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Asal-muasal
Kerajaan Turki Usmani adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami
daerah Mongol dan daerah utara negeri China. Dalam jangka waktu kira-kira tiga
abad, mereka pindah ke Turkistan kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk Islam
sekitar abad kesembilan atau kesepuluh, ketika mereka menetap di Asia Tengah.
Di bawah tekanan serangan-serangan Mongol pada abad ke-13 M, mereka melarikan
diri ke daerah barat dan mencari tempat pengungsian di tengah-tengah saudara
mereka, orang-orang Turki Seljuk, di dataran tinggi Asia Kecil. Di sana, di
bawah pimpinan Ertoghrul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alauddin II,
Sultan Seljuk yang kebetulan sedang berperang melawan Bizantium. Berkat bantuan
mereka, Sultan Alauddin mendapat kemenangan. Atas jasa baik itu, Alauddin
menghadiahkan sebidang tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium.
Sejak itu, mereka terus membina wilayah barunya dan memilih Syukud sebagai ibu
kota.
Setelah Ertoghrul meninggal
dunia tahun 1289 M. Kepemimpinannya dilanjutkan oleh putranya, Usman. Putra
Ertoghrul inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajaan Usmani. Usman
memerintah antara tahun 1290 M dan 1326 M. Sebagaimana ayahnya, ia banyak
berjasa kepada Sultan Alauddin II dengan keberhasilannya menduduki
benteng-benteng Bizantium yang berdekatan dengan kota Broesse. Pada tahun 1300
M, bangsa Mongol menyerang kerajaan Seljuk dan Sultan Alauddin terbunuh.
Kerajaan Seljuk Rum ini kemudian terpecah-pecah dalam beberapa kerjaan kecil. Usman
pun menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya.
Sejak itulah, kerajaan Usmani dinyatakan berdiri.
2.
Kerajaan
Turki Usmani pernah dipimpin sebanyak 40 orang raja, di mana yang pertama
adalah pendirinya yaitu Sultan Usman bin Ertoghrul, kemudian dilanjutkan
raja-raja setelahnya. Diantara raja yang paling sukses adalah Muhammad Al-Fatih
dan Sultan Sulaiman I.
3.
Di
masa Kerajaan Turki Usmani perkembangan yang paling pesat adalah di bidang
militer dan infrastuktur, sedangkan bidang lain tidak terlalu mengalaami
kemajuan berarti.
4.
Kerajaan
Turki Usmani mulai mengalami masa kemunduran setelah wafatnya Sultan Sulaiman
Al-Qanuni, sultan setelahnya tidak mampu meneruskan jalannya pemerintahan
dengan baik, sementara bangsa-bangsa Eropa mengalami masa kemajuan ilmu
pengetahuan, hingga akhirnya tahun1942 Republik Turki diproklamirkan
menggantikan kerajaan Turki Usmani.
B.
SARAN
1.
Agar
seluruh mahasiswa dan kaum muslimin mempelajari sejarah perjuangan umat Islam
masa lalu agar memicu semangat ingin memajukan Islam
2.
Terus
tingkatkan ilmu pengetahuan, karena kita sudah sangat tertinggal dengan bangsa
Barat
3.
Tetaplah
teguh dan bangga dengan ke islaman karena Islam memiliki sejarah yang sangat
membanggakan
DAFTAR
PUSTAKA
1. Al-Quranul Karim
2. Kejatuhan Konstaninopel,
http://id.wikipedia.org/wiki/Kejatuhan_Konstantinopel [ diakses : 11 Maret 2014
]
3. Kisah
Penaklukan KONSTANTINOPEL (1453 M) dan Terbunuhnya DRACULA (1476 M) : http://bukitbarisan.wordpress.com/2009/12/29/kisah-penaklukan-konstantinopel-1453-m-dan-terbunuhnya-dracula-1476-m/
[diakses : 12 Maret 2014]
4. Makalah Sejarah Peradaban Islam Masa Turki Usmani, http://www.jungpasir27.blogspot.com [ diakses : 11 Maret 2014 ]
5. Maktabah Syamilah
6. Peradaban Islam di Turki Era Turki Usmani,
http://melianatureoku.blogspot.com/2013/02/peradaban-islam-di-turki-era-turki.html
[ diakses : 11 Maret 2014 ]
7. Sejarah Penaklukan Konstantinopel Oleh Sultan Muhammad Al-Fatih,
http://soalsdn2.blogspot.com/2012/09/sejarah-penaklukan-konstantinopel-oleh.html
[ diakses : 11 Maret 2014 ]
8. Sejarah Peradaban Islam Masa Turki Usmani,
http://ladydeeana91.blogspot.com/2012/04/sejarah-peradaban-islam-masa-turki.html
[ diakses : 11 Maret 2014 ]
9. Turki Usmani : http://www.slideshare.net/lukmanul/turki-utsmani [29 Maret 2014, 22:35]
10.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, PT
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003
[1] Al-Quran Surah Hud : 120
[2] Assyifa bita’rifi huquqil
Mustafa
[3] Musnad Ahmad bin Hanbal
[4] www.bukitbarisan.wordpress.com
[diakses : 12 Maret 14]
[5]
www.slideshare.net/lukmanul/turki-utsmani [diakses : 29 Maret 14]
[6] Sejarah Peradabab Islam, Dr.
Badri Yatim, M. A. Hal 130
[7] www.jungpasir27.blogspot.com
[diakses : 11 Maret 14]
[8] Sejarah Peradabab Islam,
Dr. Badri Yatim, M. A. Hal 131
[9] www.jungpasir27.blogspot.com
[diakses : 11 Maret 14]
[10] Sejarah Peradabab Islam,
Dr. Badri Yatim, M. A. Hal 131
[11] www.jungpasir27.blogspot.com
[diakses : 11 Maret 14]
[12] Sejarah Peradabab Islam,
Dr. Badri Yatim, M. A. Hal 132
[13] www.jungpasir27.blogspot.com
[diakses : 11 Maret 14]
[14] www.soalsdn2.blogspot.com
[diakses : 11 Maret 14]
[15] www.soalsdn2.blogspot.com
[diakses : 11 Maret 14]
[16] Sejarah Peradabab Islam,
Dr. Badri Yatim, M. A. Hal 132-133
[17] www.jungpasir27.blogspot.com
[diakses : 11 Maret 14]
[18] Sejarah Peradabab Islam,
Dr. Badri Yatim, M. A. Hal 133-138
[19] Sejarah Peradabab Islam,
Dr. Badri Yatim, M. A. Hal 163-169
Tidak ada komentar:
Posting Komentar