Tugas
Mandiri DosenPebiming
Sejarah Pendidikan Isalam Wahyudi
Rifani,M.Pd
Biografi Maria Al-Qibtiyyah
Disusun
Oleh :
Husnul Khatimah
N.P.M : 13.12.3163
Sekolah
Tinggi Agama Islam STAI Darussalam Martaputa
Tahun
Akademik
2013/2014
DAFTAR
ISI
Cover
......................................................................................................................................... -
Daftar
isi .................................................................................................................................... i
1.
Biografi Maria Al-Qibtiyyah........................................................................................... 1
2.
Tahun Pengutusan ........................................................................................................... 1
3.
Pernikahan Nabi Dengan maria Al-Qibtiyyah.................................................................. 2
4.
Dikaruniai Anak dari Nabi Muhammad s.a.w.................................................................. 5
5.
Kebaikan Maria Al-Qibttiyyah ……………………………...…………………………. 7
6.
Kecemburuan Nabi Muhammad Kepada Maria Al-Qibtiyyah........................................ 8
7.
Maria Al-Qibtiyyah Adalah Wanita yang Sholehah ....................................................... 10
8.
Wafatnya Maria Al-Qibtiyyah ………………………..……………………………….. 11
Daftar
Pustaka ...........................................................................................................................
- Biografi Maria Al-Qibtiyyah
Salah seorang istri Rasulullah Saw
berasal dari Qibti di Mesir. cantik, molek, lemah lembut. Maria al-qibtiyah dalam
(Bahasa Arab: مارية القبطية ) atau Maria si Qibti, bahasa Inggeris
(Maria The Copt)
Maria al-qibtiyyah lahir di desa
Hifn, dekat kota Anshina, disebelah timur sungai Nil,ia berasal dari suku
qibti,mesir,yang beragama kristen ortodoks . Ayahnya bernama Syam'un asli
qibti, sedangkan ibunya berdarah romawi beragama nasrani.
ketika menginjak remaja, ia dan
saudaranya yang bernama Sirin, di ambil oleh Maqauqis sebagai
dayang-dayang, pada saat itulah, di kalangan rakyat mesir sudah tersebar berita
tentang kedatangan seorang nabi di jazirah arab. berita itu diperkuat oleh
kedatangan utusan Rasulullah Hathib bin Abi Balta'ah, yang
menyampaikan surat kepada Muqauqis.yang isi suratnya menyatakan ajakan masuk
islam kepada Maqauqis,tapi Maqauqis tidak dapat memenuhi ajakan Rasulullah
untuk memeluk agama islam,karena rakyat qibti sangat kuat berpegang pada agama
leluhur.kemudian Maqauqis memberi 2 orang wanita sebagai hadiah dan sejumlah
pakaian kepada Hathib untuk Rasulullah. maka pulanglah Hathib ke madinah
bersama Maria dan Sirin beserta pembantu. singkat cerita Rasulllah menikahi
Mari al qibtiyah,sedangkan Sirin di nikahkan dengan Hasan bin Tsabit.
- Tahun pengutusan
Pada tahun 6 SH (627 – 628 M), Nabi Muhammad
disebutkan menulis surat kepada pengusaha kaya Timur Tengah,
yang membahasa kepercayaan baru dan mengajak pengusaha itu untuk bergabung. Apa
yanng merupakan isi dari bagian surat dapat ditemukan dalam kitab Tarikh at-Tabari karya
Muhammad bin Jarir at-Tabari, yang ditulis
250 tahun setelah kejadian itu diriwayatkan. Tabari menulis bahwa seorang
utusan dikirimkan kepada Pemerintah Mesir, al-Muqawqis.
Catatan
dalam edisi State
University of New York karya Tabari menjelaskan bahwa hal tersebut
tampak sama dengan versi Koresh dari Kaukasus,
yang merupakan Partiark Bizantium dari Alexandria.[3]
Catatan tersebut menambahkan bahwa Koresh tidak menjadi Patriark hingga tahun
631, dan sebuah laporan yang menyatakan bahwa ia ditempatkan di Mesir tiga hingga empat
tahun lebih awal masih dipertanyakan.
Rasulullah telah menerima kabar penolakan Muqauqis dan
hadiahnya, dan betapa terkejutnya Rasulullah terhadap budak pemberian Muqauqis
itu. Beliau mengambil Mariyah untuk dirinya dan menyerahkan Sirin kepada
penyairnya, Hasan bin Tsabit. Istri-istri Nabi yang lain sangat cemburu atas
kehadiran orang Mesir yang cantik itu sehingga Rasulullah harus menitipkan
Mariyah di rumah Haritsah bin Nu’man yang terletak di sebelah masjid.
Pada tahun ini, Hātib b. Abi Balta'ah kembali dari
al-Muqawqis membawa Māriyah dan saudaranya Sīrīn, bagal betinyanya Duldul, dan
keledainya Ya'fūr, dan pakaian-pakaian. Dengan dua wanita al-Muqawqis, telah
dikirimkan kepadanya seorang kasim, dan surat tersebut ada padanya. Hātib telah
mengajaknya masuk Islam sebelum akhirnya tiba bersama mereka, dan begitu pula
Māriyah saudaranya. Rasulullah menempatkan mereka untuk sementara dengan Ummu
Sulaym binti Milhān. Māriyah sangat cantik. Nabi mengirim saudaranya Sīrīn
kepada Hassān bin Tsābit dan dia
melahirkan 'Abdul Rahmān bin Hassān.
- Pernikahan dengan dngan Nabi Muhammad s.a.w
Banyak sumber Muslim mengatakan bahwa nabi Muhammad kemudian
memerdekakan dan menikahi Maria, namun ini tidak jelas apakah ini fakta
historis atau apologi historis. Masalah lain, budak tidak secara otomatis
merdeka karena masuk Islam, sehingga hal ini tidak begitu jelas mengapa Maria
harus dimerdekakan jika dia siap diislamkan.
Nabi Muhammad tinggal dalam rumah bata lumpur dekat dengan masjid Madinah,
dan setiap istrinya memiliki ruang tersendiri dalam rumah bata itu, yang
dibangun dalam bentuk barisan yang dekat dengan ruangannya. Maria, walau
begitu, tetap ditempatkann di rumah di tepi Madinah. Maria juga tidak
dikategorikan sebagai istri dalam beberapa sumber paling awal, seperti dalam
catatan Ibnu Hisyam
dalam Sirah
Ibnu Ishaq.[4]
Sumber-sumber Muslim sepakat bahwa dia merupakan kehormatan yang sama yang
dimenjadi istri Muhammad, dengan anggapan bahwa dia diberi gelar yang sama
seperti istri-istri Nabi Muhammad lain – "Ibu orang-orang Mu'min."
Maria al-qibtiyyah memberikan nabi Muhammad seorang putra yaitu
yang bernama Ibrahim bin Muhammad. Hanya satu istri
nabi Muhammad lainnya, Khadijah yang telah meninggal, telah memberikannya anak.
Ibrahim meninggal ketika masih dalam masa pertumbuhan. Perhatian nabi Muhammad
terhadap Maria diyakini menyebabkan kecemburuan di antara istri-istri lain. Hal
itu tidak dapat teratasi hingga turunnya surah ke-66 dalam Al-Qur'an
dengan subyek Maria. Berikut ini adalah bagian surah tersebut :
Artinya
“Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah
menghalalkannya bagimu; kamu mencari kesenangan hati istri-istrimu? Dan Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepada
kamu sekalian membebaskan diri dari sumpahmu; dan Allah adalah Pelindungmu dan
Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan
secara rahasia kepada salah seorang dari istri-istrinya (Hafshah) suatu
peristiwa.
Maka
tatkala (Hafshah) menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah
memberitahukan hal itu (semua pembicaraan antara Hafshah dengan Aisyah) kepada
Muhammad lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah
kepadanya) dan menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafshah).
Maka tatkala (Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara
Hafshah dan Aisyah) lalu Hafshah bertanya, "Siapakah yang telah
memberitahukan hal ini kepadamu?" Nabi menjawab, "Telah diberitahukan
kepadaku oleh Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal". Jika kamu
berdua bertobat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong
(untuk menerima kebaikan); dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan
Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan
orang-orang mukmin yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah
penolongnya pula.
Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi
ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh,
yang beriman, yang taat, yang bertobat, yang mengerjakan ibadah, yang berpuasa,
yang janda dan yang perawan.
Sebagian
penulis Barat, seperti Gilchrist dan Rodinson, merasa bahwa "kisah sang
kekasih" merupakan versi yang yang telah mengalami pengurangan terhadap
kisah Maria.
Imam Al-Baladziri berkata,
"Sebenarnya, ibunda Mariyah adalah keturunan bangsa Romawi.
Mariyah mewarisi kecantikan ibunya
sehingga memiliki kulit yang putih, berparas cantik, berpengetahuan luas, dan
berambut ikal."
Istri-istri Nabi yang lain sangat cemburu atas kehadiran orang Mesir yang cantik itu, sehingga Rasulullah harus menitipkan Mariyah di rumah Haritsah bin Nu’man yang terletak di sebelah rnasjid.
Istri-istri Nabi yang lain sangat cemburu atas kehadiran orang Mesir yang cantik itu, sehingga Rasulullah harus menitipkan Mariyah di rumah Haritsah bin Nu’man yang terletak di sebelah rnasjid.
Mariya
tidak dikategorikan sebagai istri dalam beberapa sumber paling awal, seperti
dalam catatan Ibnu Hisyam dalam Sirah Ibnu Ishaq.
ariyah ternyata membuat kedua istri Rasulullah, Hafsah dan Aisyah, berkonspirasi karena cemburu.
ariyah ternyata membuat kedua istri Rasulullah, Hafsah dan Aisyah, berkonspirasi karena cemburu.
Sehingga turunlah firman Allah: "Dan
ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang istrinya
(Hafsah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafsah) menceritakan peristiwa itu
(kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan hal itu (pembicaraan Hafsah dan
Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan
Allah kepadanya) dan menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafsah). Maka
tatkala (Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafsah dan Aisyah) lalu
(Hafsah) bertanya: "Siapakah yang telah memberitahukan hal ini
kepadamu?" Nabi menjawab: "Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah
yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." Jika kamu berdua bertaubat
kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima
kebaikan); dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka
sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang
mukmin yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya
pula." (QS At-Tahrim: 3-4)
- Dikaruniai Anak Dari Nabi Muhammad s.a.w
Allah menghendaki Mariyah al-Qibtiyah melahirkan seorang
putra Rasulullah setelah Khadijah r.a. Betapa gembiranya Rasulullah mendengar
berita kehamilan Mariyah, terlebih setelah putra-putrinya, yaitu Abdullah,
Qasim, dan Ruqayah meninggal dunia.
Mariyah mengandung setelah setahun tiba di Madinah.
Kehamilannya membuat istri-istri Rasul cemburu karena telah beberapa tahun
mereka menikah, namun tidak kunjung dikaruniai seorang anak pun. Rasulullah
menjaga kandungan istrinya dengan sangat hati-hati. Pada bulan Dzulhijjah tahun
kedelapan hijrah, Mariyah melahirkan bayinya yang kemudian Rasulullah
memberinya nama Ibrahim demi mengharap berkah dari nama bapak para nabi,
Ibrahim a.s.. Lalu beliau memerdekakan Mariyah sepenuhnya. Kaum muslimin
menyambut kelahiran putra Rasulullah dengan gembira.
Rasulullah
mengaqiqahkan Ibrahim dengan menyembelih dua ekor domba yang besar, mencukur
rambut bayi dan bersedekah kepada fakir miskin dengan harta senilai perak yang
seukuran dengan timbangan rambut Ibrahim yang telah dicukur. Ibrahim kemudian
disusui oleh seorang istri tukang pandai besi yang bernama Abu Saif yang tinggal
di perbukitan Madinah.
Akan tetapi, di kalangan istri Rasul lainnya api cemburu
tengah membakar, suatu perasaan yang Allah ciptakan dominan pada kaum wanita.
Rasa cemburu semakin tampak bersamaan dengan terbongkarnya rahasia pertemuan
Rasulullah dengan Mariyah di rumah Hafshah sedangkan Hafshah tidak berada di
rumahnya. Hal ini menyebabkan Hafshah marah. Atas kemarahan Hafshah itu
Rasulullah mengharamkan Mariyah atas diri beliau. Kaitannya dengan hal itu,
Allah telah menegur lewat firman-Nya:
“Hai Muhammad, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah
menghalalkannya bagimu; kamu mencari kesenangan hati istri-istrimu? Dan Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. “ (QS. At-Tahriim:1)
Aisyah mengungkapkan rasa cemburunya kepada Mariyah, “Aku
tidak pernah cemburu kepada wanita kecuali kepada Mariyah karena dia berparas
cantik dan Rasulullah sangat tertarik kepadanya. Ketika pertama kali datang,
Rasulullah menitipkannya di rumah Haritsah bin Nu’man al-Anshari, lalu dia
menjadi tetangga kami. Akan tetapi, beliau sering kali di sana siang dan malam.
Aku merasa sedih. Oleh karena itu, Rasulullah memindahkannya ke kamar atas,
tetapi beliau tetap mendatangi tempat itu.
Sungguh itu lebih menyakitkan bagi kami.” Di dalam riwayat
lain dikatakan bahwa Aisyah berkata, “Allah memberinya anak, sementara kami
tidak dikaruni anak seorang pun.”
Di dalam riwayat lain disebutkan
bahwa Aisyah berkata, “Allah memberinya anak, sementara kami tidak dikaruni
anak seorang pun.”
Beberapa orang dari kalangan golongan munafik menuduh
Mariyah telah melahirkan anak hasil perbuatan serong dengan Maburi, budak yang
menemaninya dari Mesir dan kemudian menjadi pelayan bagi Mariyah. Akan tetapi,
Allah membukakan kebenaran untuk diri Mariyah setelah Ali ra. menemui Maburi
dengan pedang terhunus. Maburi menuturkan bahwa dirinya adalah laki-laki yang
telah dikebiri oleh raja.
Pada usianya yang kesembilan belas bulan, Ibrahim jatuh
sakit sehingga meresahkan kedua orang tuanya. Mariyah bersama Sirin senantiasa
menunggui Ibrahim. Suatu malam, ketika sakit Ibrahim bertambah parah, dengan
perasaan sedih Nabi bersama Abdurrahman bin Auf pergi ke rumah Mariyah. Ketika
Ibrahim dalam keadaan sekarat, Rasulullah bersabda, “Kami tidak dapat
menolongmu dari kehendak Allah, wahai Ibrahim.”
Tanpa beliau sadari, air mata telah bercucuran. Ketika
Ibrahim meninggal dunia, beliau kembali bersabda, “Wahai Ibrahim, seandainya
ini bukan penintah yang haq, janji yang benar, dan masa akhir kita yang
menyusuli masa awal kita, niscaya kami akan merasa sedih atas kematianmu lebih
dari ini. Kami semua merasa sedih, wahai Ibrahim… Mata kami menangis, hati kami
bersedih, dan kami tidak akan mengucapkan sesuatu yang menyebabkan murka
Allah.”
Kematian Ibrahim
bertepatan dengan gerhana matahari. Orang-orang lalu menghubungkan kematiannya
dengan gerhana, namun Rasulullah meluruskan. "Gerhana bulan dan matahari
tidak terjadi karena kematian atau hidupnya seseorang," sabda beliau.
Demikianlah keadaan Nabi ketika menghadapi kematian
putranya. Walaupun tengah berada dalam kesedihan, beliau tetap berada dalam
jalur yang wajar sehingga tetap menjadi contoh bagi seluruh manusia ketika
menghadapi cobaan besar. Rasulullah mengurus sendiri jenazah anaknya kemudian
beliau menguburkannya di Baqi’.
- Kebaikan Maria Al-Qibthiyah r.a. dan Cinta Rasulullah Saw. kepadanya
Abdullah ibn Abdul Rahman ibn Abi Sha‘sha‘ah meriwayatkan
bahwa Rasulullah Saw sangat terpukau dengan Maria Al~Qibthiyah. Dia adalah
seorang perempuan yang berkulit putih, berambut keriting, dan berparas cantik.
Pertama kali, Maria dan saudarinya tinggal di rumah Ummu Sulaim bind Malhan.
Ketika mereka berada di rumah tersebut, Rasulullah Saw. mengajak keduanya untuk
masuk Islam. Lalu, keduanya menerirna ajakan itu, dan memeluk Islam.
Nabi bermalam bersama Maria dengan status “milk al-yamin”
(hamba sahaya). Lalu, beliau mengubah status Maria menjadi istrinya di kalangan
keluarganya. Maria adalah seorang perempuan yang memiliki pemahaman agama yang
bagus. Rasulullah Saw. menghadiahkan saudarinya, Sirin, kepada Hassan ibn
Tsabit, sang penyair. Dari Sirin, lahirlah seorang anak bernama Abdul Rahman.
Sedangkan Maria sendiri melahirkan seorang anak bernama
Ibrahim. Pada hari yang ketujuh dari tanggal kelahiran anaknya, Rasulullah Saw
menunaikan aqiqahnya dengan menyembelih dua ekor domba yang besar, mencukur
rambut bayi, dan bersedekah kepada orang miskin dengan harta senilai perak yang
seukuran dengan timbangan rambut Ibrahim yang telah dicukur. Selain itu, beliau
menyuruh agar rambutnya dikubur (Inilah yang menjadi contoh sunnah aqikah).
Lalu, beliau menamai bayi tersebut dengan Ibrahim.
Ketika Sahna, seorang pembantu Nabi Saw, mengetahui
kelahiran putra Nabi, dia langsung memberitahukan hal tersebut kepada suaminya,
Abu Rafi‘. Setelah diberi tahu, Abu Rafi‘ datang menemui Nabi Saw untuk turut
menyampaikan rasa gembira dan menghadiahkan seorang hamba sahaya. Menyaksikan
hal tersebut, istri-istri Nabi merasa cemburu. Dan kecemburuan itu semakin
memuncak saat Nabi dikaruniai anak laki-laki dari Maria.
Setelah itu, beliau segera menemui Maria Al-Qibthiyah, sang
istri tercinta, untuk mengucapkan selamat kepadanya. Kelahiran putranya itu
telah membebaskan dirinya dari status budak. Beliau pun memangku sang
bayi, menggendongnya ke hadapan Maria, sebagai kegembiraan dan kasih sayang.
- Kecemburuan Rasulullah Saw. terhadap Maria Al-Qibthiyah r.a.
Abdullah ibn ‘Amr menceritakan bahwa Maria Al-Qibthiyah
memiliki saudara laki-laki yang menyertainya datang dari Mesir. Laki-laki
tersebut memeluk ajaran Islam dan dikenal sebagai seorang Muslim yang baik.
Hanya saja, dia masih sering mengunjungi Maria ke kamarnya. Hingga suatu
ketika, Rasulullah Saw masuk ke rumah Maria—saat itu dia sedang mengandung
Ibrahim, lalu beliau mendapati laki-laki tersebut sedang berada di sana. Sontak
saja, sebagai seorang Iaki-laki yang normal, kecemburuan Nabi Saw muncul
seketika. Sehingga, beliau keluar rumah dengan roman muka yang memerah.
Melihat hal tersebut, Umar bertanya, “Wahai Rasulullah,
mengapa roman wajahmu berubah?” Lalu Nabi Saw menjelaskan perihal saudara dekat
Maria. Setelah mendengar jawaban Rasulullah Saw, Umar langsung menghunuskan pedangnya, dan bergegas
menuju rumah Maria. Ketika didapati seorang laki-laki sedang berada di sana,
Umar menarik pedangnya untuk mengancam laki-laki tersebut.
Namun, belum sampai hunusannya tertancap, laki-laki tersebut
malah menyerahkan dirinya. Umar pun merasa iba, dan kembali menemui Rasulullah
Saw untuk mengabarkan hal yang telah terjadi. Beliau bersabda kepadanya,
“Sesungguhnya Malaikat Jibril telah datang dan mewahyukan kepadaku bahwa Maria
dan saudaranya telah dibersihkan oleh Allah dari prasangka burukku.
Malaikat Jibril juga menegaskan bahwa Maria sedang
mengandung seorang anak laki-laki yang mirip denganku, dan aku disuruh untuk
menamainya Ibrahim. Sehingga, aku dipanggil dengan Abu Ibrahim. Seandainya
bukan karena aku enggan mengganti panggilan yang sudah aku dapatkan sebelumnya,
pastilah aku akan menerima panggilan yang Jibril berikan untukku (Abu
Ibrahim).”
Ibn Hajar berkata, “Ibn Sa‘ad menyebutkan sebuah riwayat
dari Abdullah ibn Abdul Rahman ibn Abi Sha‘sha‘ah, dia berkata, “Pada tahun
ke-7 H, Raja Muqauqis—salah seorang penguasa Kerajaan Alexandria di
Mesir—mengirimkan hadiah kepada Rasulullah Saw Yaitu, Maria dan saudarinya yang
bernama Sirin, seribu kantong emas, dua puluh baju yang lembut, kuda Daldal,
dan himar ‘Afir (atau Ya‘fur).
Raja juga menghadiahkan salah seorang saudara dekat Maria
yang sudah tidak memiliki hasrat kepada perempuan (khushiy). Orang tersebut
sudah berusia lanjut dan dikenal dengan nama Ma’bur. Semua badiah
tersebut dia titipkan kepada Hathib ibn Abi Balta‘ah. Di sepanjang perjalanan,
Hathib mengajak Maria, Sirin, dan Ma’bur untuk memeluk Islam. Akhirya, Ma’bur,
Maria, dan Sirin masuk Islam.
‘Amrah meriwayatkan bahwa Nisyah r.a. berkata, “Belum pemah
aku terkagum-kagum dengan seorang perempuan kecuali Maria. Walaupun pada
mulanya dia hanyalah seorang hamba sahaya perempuan, dia berparas cantik dan berambut
ikal. Rasulullah Saw pun terpukau dengan kecantikannya. Sehingga Maria
ditempatkan di rumah milik Haristah ibn Al-Nu‘man, karena dia memang masih
menjadi hamba sahaya kami.
Selama siang dan malam, Nabi selalu menemani Maria. Hal
tersebut membuat aku merasa khawatir dan agak mengeluh. Akhimya, beliau
mengangkat status Maria menjadi lebih baik Dengan hal itu, kami merasa lebih
berat lagi (menghadapinya).
Mengomentari Maria, Imam Al-Baladziri berkata, “Sebenarnya,
ibunda dari Maria adalah keturunan bangsa Romawi. Agaknya, Maria mewarisi
kecantikan dari ibunya. Sehingga Maria memiliki kulit yang putih, berparas
cantik, dan berambut ikal.”
Sementara
itu, Al-Bazzar meriwayatkan dengan sanad yang baik (hasan), dari Abdullah ibn
Burdah, dari ayahnya, dia berkata, “Pembesar suku Qibthi telah menghadiahkan
dua orang hamba sahaya perempuan, beserta seekor kuda, kepada Rasulullah Saw
Adapun kuda tersebut sering beliau tunggangi saat berada di Madinah. Sementara
seorang hamba sahaya perempuan (Maria) beliau ambil untuk diperistri.”
Dalam hal ini, Imam A1-Waqidi meriwayatkan dari Musa ibn
Muhammad ibn Ibrahim, dari ayahnya, dia berkata, “Orang yang rela memberi
nafkah kepada Maria adalah Abu Bakar, hingga beliau wafat. Lalu, dilanjutkan
oleh Umar, hingga Maria wafat pada masa kekhalifahan beliau.”
Minuman (Masyrabah) Ummu Ibrahim
Dalam catatan sejarah disebutkan bahwa pada tahun ke-4 H,
Rasulullah Saw memerangi kaum Yahudi dari kalangan Bani Nadhir, dan berhasil
menaklukkan benteng, dan merampas harta benda yang mereka miliki. Semua harta
benda tersebut diberilkan untuk Rasulullah. Lalu beliau menanami tanah mereka
yang luas dengan pohon kurma. Dari hasil lahan tersebut, Rasulullah Saw. dapat
memenuhi kebutuhan pokok keluarga dan istri-istrinya untuk jangka waktu satu tahun
ke depan. Adapun sisanya beliau pergunakan untuk membeli binatang ternak dan
memasok senjata. Sementara itu, sebagian lagi beliau serahkan kepada Abu Bakar
dan Abdurrahman ibn Auf untuk dibagikan kepada kaum Muhajirin. Namun,
orang-orang Anshar tidak diberikan hasil rampasan itu sedikit pun, kecuali Sahl
ibn Hanif dan Abu Dujanah Sammak ibn Khursyah A1-Anshari A1-Sa‘idi.
Imam Al-Waqidi berkata, Mukhiriq, seorang ulama Yahudi dari
Bani Nadhir yang beriman kepada Rasulullah Saw, mewasiatkan harta bendanya
untuk Rasulullah Saw. Akan tetapi, beliau menjadikan status harta tersebut
sebagai sedekah. Isi dari wasiat adalah al-maitsib, al-shafyiyah, al-dalal,
husna, burqah, al-awaf dan minuman Ummu Ibrahim ibn Muhammad Saw. Rasulullah
Saw mengusir Bani Nadhir, sedangkan unta mer-ka hanya membawa baju besi dan
beberapa peralatan yang dibutuhkan.
- Maria Al-Qibthiyah r.a. Adalah Wanita yang Sholehah
Dalam kitab AI-Fahrasat I: 498 termaktub, “Terdapat
nama-nama kitab yang ditulis oleh sejumlah ahli hikmah yang kebenarannya telah
kami teliti. Bahkan, dikuatkan juga oleh penelitian orang-orang yang tepercaya
(tsiqat). Hasil penelitian tersebut ditulis di dalam kitab-kitab mereka. Jika
kita perhatikan, di antara kandungan sejumlah kitab tersebut, terdapat
pembahasan yang bertajuk, Kitab Mariyah Al-Qibthiyah Ma’a Al-Hukama hina
Ijtama’u Ilahia. Artinya, Maria Al-Qibthiyah, ketika para ahli hikmah berkumpul
(dan berbagi ilmu) dengannya.”
Diriwayatkan bahwa Maria A1-Qibthiyah merupakan wanita yang
merniliki pengetahuan luas. Dia bukanlah seorang wanita hamba sahaya biasa. Dia
adalah wanita hamba sahaya terpilih yang dihadiahkan oleh Raja Muqauqis kepada
Rasulullah Saw.
Setelah
Rasulullah SAW wafat, Mariyah hidup menyendiri dan menujukan hidupnya hanya
untuk beribadah kepada Allah.
- Wafat nya Maria Al-Qibtiyyah
Maria
Al-Qibtiyyah wafat lima tahun setelah wafatnya Rasulullah, yaitu pada tahun
ke-46 hijrah, pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khathab. Khalifah Umar
sendiri yang menyalati jenazah Ummul Mukminin Mariyah, dan kemudian dimakamkan
di Baqi’.
Daftar Pustaka
Gilchrist, John. Muhammad and the Religion of Islam.
Benoni, Republic of South Africa, 1986.
Ibnu Ishaq, translation by A. Guillaume (1955).
The Life of Muhammad. Oxford University Press.
Rodinson, Maxime Muhammad.
Random House, Inc., New York, 2002.
Tabari (1997). Vol. 8 of the Tarikh
al-Rusul wa al-Muluk. State
University of New York Press.
http://sy42.wordpress.com/2011/09/20/sosok-maria-al-qibthiyah-r-a-istri-rasulullah-dari-kalangan-kristen-koptik/
Abdullah Hajjaj, Maria Al-Qibthiyah: The Forgotten Love of Muhammad Saw., Mizania, Cetakan II, 2008http://beritaislam.mywapblog.com/maria-al-qibtiyyah.xhtml
Tidak ada komentar:
Posting Komentar